Lelaki Misterius

1130 Kata
Ibu menengok keluar halaman beberapa kali, aku tahu penglihatan ibuku masih sangat baik dan aku yakin penguntit tadi masih mengikuti aku sampai ke rumah. Yang lebih nggak waras lagi, dia masih saja ngotot menungguku sampai larut malam begini. ‘Siapa kamu, beraninya sampai mengganggu kenyamanan kami’ gumamku. “Ibu kayak tadi lihat ada laki-laki nduk, Nia nggak mau liat sebentar?” tanya ibu cemas, beliau sudah berdiri hendak menengok halaman depan. “Baiklah, Nia bakal lihat siapa yang ibu lihat jadi ibu duduk saja ya” ujarku sembari lekas berdiri, aku ingin mencegah ibu untuk keluar rumah siapa tahu itu orang berbahaya. Aku segera berjalan agak cepat ke ruang tamu yang tak besar, aku menengok halaman depan rumah dari sela jendela kayu. Aku ingin lihat apa lelaki penguntit itu masih berdiri di depan rumah kami atau dia berencana akan meneror kami sepanjang malam? “Sepi, nggak ada orang sama sekali. Kemana dia pergi?” gumamku pelan. Aku kembali celingukan ke depan halaman, masih saja tak ada tanda apapun dati lelaki mencurigakan tadi sore. Aku jaid penasaran apa dia tengah berdiri di sudut yang lain sehingga aku nggak bisa melihatnya, atau dia duduk di kursi depan teras? “Astaga kenapa aku nggak sampe kepikiran kesana” gumamku kesal sendiri. Aku bergegas untuk membuka pintu namun tetap berhati-hati jangan sampai pria itu melihatku, namun hasilnya tetap sama. Aku di buat lega karena tak ada seorangpun yang terlihat di halaman depan maupun di teras. “Nduk?” panggil ibu pelan nan lembut, entah sejak kapan beliau berdiri di belakangku. Aku tersenyum manis pada ibuku tersayang, “Nggak ada siapa-siapa, bu” “Tapi tadi ibu lihat ada orang mondar-mandir di depan, nduk Nia yakin bukan itu bukan temen kerjanya?” tanya ibu cemas. Aku mengangguk pelan, “Nia baru aja di terima disana bu, mana mungkin sudah ada teman yang mau repot nganterin Nia pulang. Hehe kita balik masuk ke dalam yuk, di luar dingin banget” ajakku sembari menuntun ibu masuk ke dalam. Untuk kali ini aku benar-benar nggak pingin memikirkan hal kecil ini, aku yakin lelaki tadi sore hanyalah orang iseng yang ingin menggodaku saja. Yup aku dengar banyak sekali pemuda dari luar yang datang dan berkeliaran di sekitar komplek, aku yakin dia salah satu dari para pemuda aneh itu. * Hari pertama bekerja di kantor milik Yudha ini, Nia tak memiliki banyak waktu untuk sekedar bercengkrama dengan pegawai lainnya. Setelah ia berkenalan singkat, Nia di hujani dengan pekerjaan menumpuk yang telah di tinggalkan begitu saja oleh pegawai sebelumnya. Di hari pertama ini Nia benar-benar sangat sibuk, tak di sangka kalau pekerjaan yang sekiranya enteng ini begitu menyiksanya. Sampai Nia tak punya waktu untuk sekedar istirahat, terpaksa ia memakan bekalnya di meja kerja sembari terus menyelesaikan lembar demi lembar dokuman yang belum usai. “Aah nyenengin banget bisa merasakan bekerja di kantor sesungguhnya” gumam Nia tak berhenti berucap syukur. Jam terus berjalan hingga tak terasa pukul empat tiba, seluruh pegawai mulai bersiap untuk kembali ke rumah masing-masing tak terkecuali Nia. Ia ingn segera kembali ke rumah setelah sekian jam duduk diam mengerjakan semua tuganya. Namun hal menyebalkan tak pernah di bayangkan oleh Nia, ia harus rela berjubel bersama pegawai lainnya di lift. Yang lebih mengerikan lagi, kantor Yudha bertepatan berada di lantai kelima gedung dan gedung ini di tempati oleh beberapa perusahaan lain di setiap lantai. Alhasil Nia harus rela untuk berdesakan di himpit oleh pegawai yang lebih tinggi lainnya, meskipun sesak namun Nia berniat untuk tetap bertahan sampai lantai pertama. “Tahan! Tahan semua bau badan ini, mereka mencari uang bekerja bagai kuda sama sepertiku! Tahan Nia, tahaaaaan!” tegur Nia dalam hati, walau hidungnya akan kehilangan penciuman selama beberapa saat namun Nia akan berjuang untuk melaluinya. Nia berjalan pulang sampai ke tempat pemberhentian bus, hari masihlah sangat terang sehingga banyak orang yang berada di tempat umum dan juga Nia segera pulang sebelum matahari tenggelam. Ia ingin pulang bersama-sama orang-orang lainnya layaknya pulangnya para pekerja. Dua hari ini Nia begitu gembira akhirnya bisa naik busway pulang ke rumah, akan tetapi Nia akan kesulitan bila terus menggunakannya. Ucapan ibunya memang benar, Nia harus menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membeli motor agar lebih berhemat lagi. Jalan menuju ke rumah Nia masih harus melewati dua komplek lagi, ia ingin berjalan santai setidaknya hari masih terang jadi Nia tak akan khawatir. Kedua telinganya terpasang hetset, ia ingin menikmati sore indah nan cerah. Namun setelah satu komplek terlewati Nia baru tersadar akan sesuatu, “Astaga aku baru ingat, shampo dan obat nyamuk sudah habis. Oke deh, mampir ke warung bentaran aja setelah itu langsung cap cus pulang” gumam Nia. Ia bergegas ke mini market yang tak jauh dari komplek rumahnya, Nia segera memilih shampo dan obat nyamuk sebelum ia kembali pulang. Sedng asyik-asyiknya Nia memilih keperluannya, Nia di kejutkan oleh seseorang pria bertubuh begitu tinggi dan berpakaian hitam ikut masuk ke dalam minimarket yang sama dengannya. Lelaki betubuh tinggi itu tak melihat keberadaan Nia namun Nia sengaja sembunyi jangan sampai terlihat, ketika lelaki itu beranjak untuk mengambil beberapa minuman kaleng dari lemari pendingin, Nia bergegas ke kasir dan membayar semua kebutuhannya. “Cuma ini aja mbak Nia?” tanya kasir yang tak lain adalah temannya di kampung. “Tere, bisa agak cepetan dikit nggak? Aku lagi buru-buru nih” “Heeh tumben, nggak mau ambil kue kering juga buat bu Kalsum? Ini mumpung ada diskon loh Nia” “Buat hari ini jangan dulu” ujar Nia, ia melirik lelaki yang masih sibuk memilih minumannya. “Kalo gitu kamu ambil satu aku kasih gratis tester kue kering baru nih, ini enak banget cuy” ujar Tere. “Oke oke aku ambil, masukin aja ke kresek. Buruan gih di total!” pinta Nia tak sabar. “Oke oke, sabar neng” ujar Tere, ia mentotal semua belanjaan Nia, “Ini semuanya dua puluh enam ribu..” “Oke makasi kembaliannya buat kamu aja” ujar Nia sembari memberikan uang dan bergegas keluar dari mini market. “Eh aku belom kasih tau kalo harga shampo sama kuenya di pisah” gumam Tere menyedihkan. Nia berlari kencang sebisanya sampai ke rumah, ia tak ingin melihat ke belakang untuk memastikan lelaki tadi mengikutinya atau tidak. Yang jelas Nia ingat betul semua setelan yang lelaki tadi pakai sangat mirip dengan lelaki semalam yang mengejarnya. Mata Nia terbelalak ketika melihat lelaki bertubuh tinggi da berbadan besar itu menatapnya berlari dari depan pintu mini market. Wajahnya tertutup topi namun Nia bisa melihat matanya dengan jelas, mata itu terlihat kebingungan melihat Nia yang lari ketakutan. “Kyaaa!!” Nia tak sengaja terpeleset da terjatuh di atas jalanan, tak ada waktu untuk meratapi dirinya yang terjatuh. Ia melirik lelaki tadi masih berdiri meihat Nia tersungkur kesakitan, gadis itu segera berdiri dengan lututnya yang mulai mengeluarkan darah. “Ayo bergerak, paksakan dirimu cepat!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN