Jam istirahat kantor hari ini tak terkesan berbeda dengan hari-hari sebelumnya, para pegawai di kantor tempat Nia bekerja segera keluar dan makan siang di warung terdekat. Banyak dari mereka yang membawa bekal dan makan bersama pegawai lain di taman atau di atap.
Namun tak begitu dengan Nia, hari ini ia menghabiskan banyak sekali waktu untuk membaca resep makanan pada majalah dan juga buku panduan. Nia membolak-balikkan buku di tangannya sampai ia memahami isi yang di sampaikan.
Gadis itu duduk di kursi meja kerjanya seakan tak sekalipun banyak bergerak, pandangan matanya tertuju pada deretan kalimat panjang di buku panduan memasak. Sesekali Nia meliruk buku catatan milik sang ayah yang di tinggalkan beberapa tahun yang lalu.
“Nia, kamu nggak makan siang?” tanya Ratna dengan mulut penuh makanan.
Nia menggeleng pelan, “Aku nggak lapar, tadi pagi aku makan lumayan banyak”
“Jam satu pak Henry ngadain meeting loh, kamu bakal kelaparan kalo nggak makan. Aku baru tahu kalo pemimpin rapatnya pak Yudha, yaah meskipun beliau udah bukan pemilik tempat ini tapi kalo dia yang pimpin rapat pasti lama pake banget” omel Ratna.
Semua pegawai di tempat ini tahu betul bahwa kantor milik Yudha sudah berpindah tangan ke Bryan, suami Cassandra namun Bryan masih membutuhkan Yudha sebagai pemimpin sehingga tempat ini bisa berjalan dengan baik, Bryan memberikan kesempatan pada Yudha sebagai manager perusahaan dan membantu Andre dalam jalannya bisnis.
“Hemm, baiklah aku akan makan di detik-detik sebelm kita mulai meetingnya” sahut Nia, gadis itu mengeluarkan kotak bekal kecil dari dalam tas.
“Nia lihat, pak Henry jalan kesini” bisik Ratna, gadis itu kegirangan bukan main bila atasannya si Henry lewat.
Nia reflek melihat Henry yang berjalan santai menuju dapur, mata lelaki itu melirik Nia dan juga Ratna yang asyik melihatnya. Senyum Henry mengembang manis sekali ketika Nia menatapnya intens, tapi Ratna makin kegirangan melihat senyuman Henry yang tiba-tiba itu.
“Nia, Nia dia senyum ke aku! Duuh senangnya lihat senyum manis pak Henry di siang bolong begini” ujar Ratna kegirangan.
Nia sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah lucu sahabatnya ini, semakin hari Ratna di buat menggila dengan pesona yang di tunjukkan oleh Henry. Lelaki yang memiliki wibawa penuh itu seakan sudah merenggut hati Ratna sedemikian rupa sampai hilang kesadaran.
“Ratna? Hei sadar dong” panggil Nia pelan.
“Aku mau lihat dia senyum lagi, kyaaaa!! Nia dia cakep maksimal kalo lagi senyum, coba lihat aku mau pake adat Jawa aja deh nanti soalnya papaku lebih suka kalo anaknya nikah pake adat Jawa” tpekik Ratna kegirangan.
“Hah? Adat Jawa apa?” tanya Nia tak paham.
Gadis model Ratna ini akan sangat mudah melambung tinggi bila sudah mengenal cinta, hanya di senyumi saja sudah membuatnya kepikiran untuk menikah pakai adat Jawa. Hal ini yang tak di miliki oleh gadis mellow macam Nia, isi otaknya hanya di penuhi dengan masa depan antar dirinya dan juga sang ibu.
Nia kembali melihat buku catatan yang di tinggalkan sang ayah selagi Ratna heboh sendiri, Nia melihat tulisan tangan sang mendiang ayahnya sangat rapi. Tulisan dengan model sambung itu memberikan banyak sekali kesan untuk Nia, berisi impian di masa depan untuknya putri yang amat di cintai sang ayah.
“Ayah, maaf mungkin semua ini terlambat aku lakukan tapi aku janji bakal memenuhi impian ayah dalam waktu dekat ini” gumam Nia sangat pelan.
Gadis itu menutup lembar buku catatan berwarna hitam usang dan memasukkannya kembali ke dalam tas, sembari melahap potongan pisang dan juga melon ia kembali membaca beberapa resep makanan yang di dapatkannya dari internet.
Meeting yang di adakan oleh Yudha berakhir begitu dramatis, para pegawai sangat kelelahan mendengar curhatan Yudha yang tak ada habisnya. Meeting yang harusnya berakhir pukul dua itu malah berakhir pukul tiga lebih empat puluh menit.
“Wah ini nggak beres sudah, lama-lama duduk di ruangan meeting bisa bikin pantatku bntuk kotak” gerutu Ratna.
“Dua puluh menit lagi jam kerja udah selesai, mana kerjaanku makin numpuk” gerutu pegawai yang lain.
Nia segera menyelesaikan kembali pekerjaan yang masih terbengkalai, ia dan para pegawai lainnya kembali ke meja masing-masing setelah meeting melelahkan itu. Nia melihat ponselnya yang menampilkan pesan dari Rafael, ia benar-benar lupa sama sekali belum membalas pesan lelaki itu.
“Nanti aja deh, aku balas kalo udah selesai semua pekerjaan ini” gumam Nia.
Para pegawai jadi lembur dadakan karena hal ini, mereka kelabakan menyelesaikan laporan pada atasan masing-masing tak terkecuali Nia. Ia tak memperdulikan hal lainnya selain segera menyerahkan laporan pada Henry, gadis itu menunggu lembar demi lembar yang ia cetak dan menyusunnya dengan rapi.
Nia melihat jam sudah menunjukkan pukul lima lebih sepuluh menit, satu persatu pegawai sudah makin berkurang menyisakan Nia dan beberapa pegawai tersiksa lainnya. Gadis itu segera menemui Henry yang ada di dalam ruangan, namun beberapa kali Nia mengetuk pintu Henry tak menjawanya.
“Selamat sore, pak” sapa Nia, ia kembali mengetuk pintu ruangan Henry.
“Hei, Nia” ujar Henry dari belakang Nia.
“Oh pak Henry, maaf saya kira bapak ada di dalam ruangan ini” ujar Nia, ia tak menyangka ternyata Henry datang dari ruangan meeting.
“Haha aku belum sempat keluar ruangan karena pak Yudha terus bicara, ada apa Nia?”
Nia menyodorkan laporan yang di kerjakannya tadi, “Ini laporan untuk tiga hari ke depan pak”
“Aku memintamu mengerjakan sampai tiga hari ke depan, Nia?” tanya Henry sedikit terkejut.
“Emm tidak pak, anda meminta saya hanya mengerjakan sampai besok saja tapi saya ingin mengerjakan sampai tiga hari ke depan” jawab Nia.
“Haha baiklah, aku senang kalo ada pegawai rajin kayak kamu. Baiklah, silahkan masuk ke dalam ruanganku”
Nia sedikit bingung, harusnya ia langsung pulang dan menemui ibunya di rumah sakit bukan masuk ke dalam ruangan kerja Henry. Tapi statusnya hanya pegawai Nia pun mengikuti keinginan Henry, ia masuk ke dalam ruangan Henry yang sangat di sukai oleh Ratna, ruangan ini kelihatan sangat bersih dan sangat nyaman.
“Duduklah, Nia. Aku akan baca semua laporan yang kamu berikan sekarang” pinta Henry, gadis itu menuruti perintah Henry walaupn Nia sendiri ingin sekali pulang.
Henry duduk di kursi kerjanya lalu membaca semua laporan yang di kerjakan oleh Nia dengan seksama, “Hei ini sangat bagus Nia, kamu mengerjakan semua tugasmu dengan sangat baik sampai dua minggu ke depan”
“Terima kasih, pak”
“Sejujurnya aku sangat suka dengan caramu memberikan laporan setiap minggu dengan baik, kamu nggak pernah sekalipun gagal menyelesaikan tugasmu tepat waktu” ujar Henry.
Nia mengangguk senang, “Terima kasih banyak pak, saya ijin kembali pulang dulu”
“Tunggu, Nia” panggil Henry.
“Iya pak?” tanya Nia sebelum ia berdiri.
“Aku akan mengantarmu pulang hari ini” kata Henry sedikit malu, pria itu segera mengenakan jaket sebelum meninggalkan kantor.
‘Apa? Pak Henry mengantarku pulang? Oh tidak tidak, aku nggak bisa biarkan Ratna jadi kecewa kalo aku di antarkan pak Henry hari ini’ ujar Nia dalam hati.