Mandiri

1010 Kata
“Aku nemenin kamu kalo masih mau makan lagi, perutku masih muat makan empat porsi lagi” kata Rafael. “Tadi di café aku sudah makan banyak mas, porsi kari Jepangnya lumayan banyak untukku jadi aku kenyang banget sampe sekarang” jawab Nia. Hans memberikan kode pada Rafael bahwa dokter Indra menghubunginya, ‘Hei dokter Indra mengirimkan pesan padaku soal ibu Nia, bagaimana kau mau menantarnya ke ruangan sekarang?’ Rafael justru menangkapnya berbeda, ‘Apa? Dokter Indra nggak bisa kasih tahu sekarang?’ Hans jadi salah kaprah dengan kode yang di berikan oleh Rafael, ‘Hei Rafa, lihat jariku. Dokter Indra bilang kita sudah boleh menjenguk ibu Nia, kau bisa mengantarnya kesana sekarang’ ujar Hans melalui kode jari. ‘Baiklah, aku akan biarkan Nia duduk disini sampai dokter Indra menghubungimu lagi’ lagi-lagi Rafael salah mengartikan maksud Hans. ‘Bukan begitu hei dasar kau ini, dokter Indra sudah memberikan kita kesempatan melihat ibunya. Tapi kita biarkan Nia tenang dulu sampai menghabiskan makanannya baru kita antar kesana kalo tidak dia bakal menangis lagi sampai bola matanya copot, kau paham nggak sih?’ mata Hans mulai melotot dengan Rafael yang loading lama ini. ‘Apa sih? Kau ini ngomong apaan?’ tanya Rafael makin nggak paham. Nia menengok kesana kemari melihat sekeliling, “Kau mau kemana?” tanya Rafael spontan melihat Nia berdiri. “Bayar makanan ini” jawabnya polos. “Duduklah Nia dan habiskan semua makananmu dulu” pinta Rafael. “Aku harus melihat ibuku mas, aku nggak tenang kalo ibuku sedang berjuang hidup tapi aku makan enak disini. Maaf aku sudah mengacaukan acara makan kali ini, aku harus kembali ke ibuku” kata Nia mulai melemah lagi. Rafael ikutan berdiri, “Baiklah aku mengerti, tapi kamu nggak perlu bayar makanannya” “Tapi mas..” “Ini balasan karena tadi pagi kau membayar tagihan makan kari di café, jadi kali ini giliranku yang bayar semua tagihannya” kata Rafael. Nia melihat nota makanan yang tergeletak di meja, ia melihat jelas harga minuman dan juga soto yang tak habis ia makan sebelumnya. Gadis itu merogoh tas kecil lalu mengeluarkan beberapa lembar uang, tentu saja Nia jadi perhatian Hans maupun Rafael. “Kamu ngapain?” tanya Rafael mulai merasa was-was. Nia menyerahkan beberapa lembar uang itu pada Rafael, “Ini, aku nggak mau ngerepotin mas Rafael. Meskipun hanya satu sendok tapi aku harus membayar sendiri makanan yang masuk ke dalam perutku” Rafael tak menerima uang dari gadis di depannya, “Nia aku sudah membayar semua makanan kita disini jadi aku nggak mau menerima uangmu lagi” Tak mau berdebat lagi, Nia meletakkan uang itu di meja, “Aku juga nggak mau berdebat sama mas Rafael, aku nggak mau punya hutang budi atau segala macamnya. Maaf mas, aku di didik pleh ayahku agar selalu mandiri setiap saat jadi aku akan tetap memberikan uang ini meskipun mas Rafael menolaknya” Rafael mengehembuskan napas kasar, “Nia ambil lagi uangnya, aku nggak mau kamu begini” pinta Rafael namun Nia sudah bersiap meninggalkan Rafael. “Aku bakal menyusulmu nanti, Nia. Kau duluan aja kesana, oke?” kata Hans dengan nada yang ceria. Nia mengangguk pelan, “Aku turun dulu, mas. Terima kasih untuk hari ini, terima kasih juga sudah mau mengantar ibuku sampai ke rumah sakit” Sudah di pastikan Nia bukanlah gadis yang mudah untuk di bujuk, ia memiliki kelebihan untuk tak membuat repot orang di sekitarnya. Sifatnya yang terlalu mandiri itu makin membuat Rafael gemas sendiri, baru kali ini dia mendapatkan penolakan secara langsung dari gadis yang mengukir nama di hati sejak bertahun-tahun yang lalu. “Hei tenanglah Rafael, dia nggak akan kemana-mana. Ini bagus untukmu karena sikapnya yang keras kepala bakal membuatmu jadi pria paling tabah sepanjang masa” kata Hans. “Kau membiarkannya turun duluan, Hans” kata Rafael pelan. “Hei kamu nggak bisa seharian menahan diri duduk di sampingmu, lagi pula caramu untuk menunjukkan besar rasa cintamu terlalu agresif Rafael. Yang ada dia nggak akan tertarik tapi malah sebal sama kamu” sahut Hans. “Aku cuma pingin dia tenang menghadapi situasi seperti ini, dia nggak akan pernah tahu kapan ibunya akan kembali masuk rumah sakit, aku mau dia tetap waras di kala ibunya tengah berjuang bertahan hidup dan menolong ibunya dengan kepala dingin” kata Rafael, ia menatap tubuh Nia yang sudah keluar dari lift ke lantai pertama. “Yup tapi tetap menahannya sekarang bukanlah ide yang bagus, Rafa” ujar Hans, lelaki itu masih menyantap mie ayam. “Aku tahu betul tujuanmu mengajaknya makan bersama nggak jauh berbeda denganku, menenangkannya” kata Rafael. “Yup tapi aku punya cara lebih santai, bukan? Dia menghabiskan setengah mangkuk soto, itu bagus dia masih punya selera makan di kala kesehatan ibunya belum di ketahui pasti oleh dokter” kata Hans, dua lelaki bersahabat itu menatap mangkuk Nia yang di tinggalkan. “Kau mau menengoknya juga?” tanya Hans. “Apa lagi yang bisa aku lakukan sekarang? Kepalaku bisa retak kalo melihatnya menangis sepanjang hari, aah ini benar-benar pengalaman yang nggak terbayangkan” “Nikmati saja, ini pertama kalinya kan? Kamu bakal terbiasa dengan semua sikapnya, dan ingat dia bukan gadis haus ketenaran seperti gadis pada umumnya jadi mungkin kau harus banyak bersabar mendekatinya” ujar Hans, ia memberikan senyuman paling indah pada Rafael. * Nia menyalakan humidifier yang ia bawa dari rumah, alat itu membuat udara di sekitar ruangan bersekat ini menjadi lebih segar. Nia menyentuh benda yang di berikan oleh lelaki misterius di dalam kotak besar saat mereka bertemu di taman kala itu. Jika mengingatnya lagi, Nia benar-benar rindu di antarkan pulang sampai rumah oleh lelaki yang tak di kenalnya. Meskipun hanya suara langkah kakinya saja tapi hal sederhana itu sudah mampu membuat hatinya berbunga-bunga. “Udah lama ya kita nggak jumpa lagi, semoga aku bisa melihatmu secepatnya” gumam Nia. Gadis itu melihat ibunya ynag terbaring lemah tak berdaya, beberapa kali ibunya masuk ke rumah sakit dalam hitungan minggu. Nia tak bisa berdiam diri saja kali ini, ia tak ingin meninggalkan ibunya sendirian di rumah tanpa adanya pengawasan. “Mungkin sudah saatnya aku melakukan impian ayah” gumam Nia penuh keyakinan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN