Chapter 11

1052 Kata
"Pria sialan itu bercanda denganku!" seru Xander sembari menggebrak mejanya. Beberapa bawahannya terlihat tersentak saat bunyi gebrakan meja tersebut memekakkan telinga mereka. "b******n!" umpat Xander sembari melihat laporan yang berada di tangannya. "Tuan, apa langkah selanjutnya yang akan kita lakukan?" tanya salah satu bawahannya. "Aku akan memikirkannya, kupastikan pria licik itu akan menyesali perbuatannya, kupastikan itu!" Semua bawahannya terlihat takut akan perkataan Xander dan bergidik ngeri jika saja hal itu terjadi mereka. Ketakutan mereka pun bukan tanpa alasan karena tuan mereka memang semengerikan itu, Xander bukan pria yang bisa diajak bermain aman. "Tugas kalian sekarang adalah pastikan aset kita tidak lagi terjual seperti itu, pastikan aku pemilik kuat semua aset yang tersisa. Aku tidak ingin mendengar apapun tentang kehilangan lagi. Ubah semua nama kepemilikan dari keluarga D'xario menjadi namaku, persetan dengan mereka. Ia mengibarkan bendera perang pada kita!" perintah Xander yang membuat mereka mengangguk patuh. "Aku ingin semua aset yang tersisa sudah menjadi namaku, bila perlu aku akan membuat keluargaku sendiri!" seru Xander. "Baik, Tuan. Kami laksanakan," jawab mereka dan mulai meninggalkan Xander. Xander masih berdiri di samping mejanya dan menatap kertas laporan yang telah membuat dirinya emosi. Xander bersumpah akan membuat Feligan menyesal atas apa yang telah ia lakukan padanya. Pria itu lalu mengambil jubah hitamnya beserta topinya. Ia keluar dari ruangannya dan akan pergi ke salah satu tempat yang mana adalah musuh keluarga D'xario. Dia pasti akan membuat Feligan berlutut meminta maaf padanya, ia pastikan itu. • • • "Astaga!" pekik Shakira melihat sebuah ruangan yang dibuat seperti perpustakaan yang megah. Langsung saja Shakira memasuki ruangan itu dan memutari perpustakaan tanpa berhenti terkagum-kagum. Beberapa novel dari era lama tampak menghiasi perpustakaan itu, Shakira mengambil novel itu dan mencium bau kertas lama yang menenangkannya. Tanpa tunggu lama, Shakira segera membaca novel tersebut. Sebuah novel habis dibaca Shakira dalam waktu dua jam, begitu cepat ia membaca karena asiknya cerita tersebut. Bahkan, Shakira hendak memulai membaca buku berikutnya sebelum Feligan masuk ke ruangan dengan gebrakan pintu. Mata Feligan langsung menyorot Shakira yang tengah duduk disebuah Sofa dan langsung menghampiri wanita itu. Shakira yang ditatap tajam tiba-tiba oleh Feligan, spontan berdiri. Saat Feligan berada di depannya, Shakira berdoa agar Feligan tidak melakukam hal-hal jahat padanya, karena ia sangat takut dengan tatapan yang diberikan Feligan. Feligan mengangkat tangannya menuju Shakira yang mana dibalas wanita itu dengan menutup mata. Tapi, pikiran buruk yang ada di pikiran Shakira tidak terjadi, karena tangan Feligan malah terlampir di pundaknya, membuat Shakira membuka mata. "Kupikir kau kabur," ucap Feligan dengan nada lega. Shakira yang bingung cuman membalas dengan mengangguk kecil. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Feligan. Shakira menunjukan novel dalam genggamanya. "Aku membaca buku, kau sangat beruntung mempunyai semua jenis buku di perpustasakan ini," puji Shakira. Feligan tersenyum tertahan. "Kau memang berbeda," gumam Feligan. "Kau mengatakan sesuatu?" Shakira tidak terlalu mendengar perkataan Feligan barusan. "Tidak ada. Kau sudah makan?" tanya Feligan yang mana mengalihkan pembicaraan. "Sudah, kau darimana?" "Suatu tempat. Besok kau akan ikut bersamaku untuk meeting dengan klien. Aku tidak menerima penolakan," perintah Feligan yang membuat Shakira berdecih. Feligan berbalik hendak keluar dari tempat ini tapi baru beberapa langkah ia kembali berbalik menatap Shakira. "Tenang saja, kali ini tidak di tempat seperti tadi," ucap Feligan dan melanjutkan jalannya untuk keluar dari ruangan itu. Shakira menatap Feligan dengan kesal karena pria itu terlalu semena-mena terhadapnya dan ia tidak suka hal itu. Feligan setelah keluar dari ruangan itu melihat para bawahannya yang berkumpul di depan pintu sembari menatap Feligan takut. Feligan menatap mereka dan berkata, "Dia ada di dalam. Kembali ke posisi kalian." Bawahannya mengikuti perintahnya dan kembali ke tempat semula. Feligan tidak menyangka akan membuat keributan hanya karena Shakira, bahkan harus meminta kliennya bertemu di tempat yang tidak biasanya. Sebenarnya apa yang membuat dirinya tertarik pada Shakira hingga melakukan hal ini. Feligan memilih untuk membersihkan tubuhnya dan bersiap-siap untuk tidur. Tubuhnya tidak lelah tapi emosinya yang lelah karena kebodohan Xander, pria tua itu tidak belajar dari masa lalu, apa batal menjadi kepala keluarga membuat pria tua itu semakin gila? Feligan menghela napas lalu menaiki kasurnya untuk tidur. Ia bertepuk tangan agar lampunya mati, mansion seorang mafia tidak mungkin tidak berkelas, kan? Baru saja Feligan menutup matanya, pintu kamarnya kini terbuka, membuat cahaya dari luar masuk ke kamarnya. Feligan membuka matanya dan mendapatkan Shakira berada di depan pintu menatapnya. Feligan bertepuk tangan membuat lampu kamar tersebut hidup dan Shakira tampak terkejut. "Kau membutuhkan sesuatu?" tanya Feligan setelah mengubah posisinya menjadi duduk. Shakira memegangi lehernya yang terasa dingin. Wajahnya juga tampak memerah dan tidak berani menatap mata Feligan. "Bisa kau katakan dengan cepat?" tanya Feligan lagi. "Hmm ... Itu ... Aku butuh sesuatu yang yah ... Kau tahulah, haha," ucap Shakira yang diakhirinya dengan tawa garing. Feligan mengusap wajahnya tidak percaya jika wanita di depan pimtu kamarnya ini mencoba bermain teka-teki padanya di malam hari. "Aku tidak mengerti, katakan lebih jelas." Shakira memeluk lengannya, tampak sekali jika ia sangat malu dan tidak pernah ia berpikir akan meminta hal ini pada Tuan Mafioso yang menculiknya tiba-tiba itu. "Shakira," panggil Feligan membuat Shakira terbangun dari keterlamunannya. Shakira menutup matanya dan menunduk sembari berkata, "Aku butuh pembalut." Tidak mendengar sahutan, Shakira membuka matanya dan melihat Feligan menatapnya tidak percaya. Tentu saja, Feligan tidak pernah membelikan siapa pun pembalut dan kini Shakira memintanya. "Tidak bisakah esok hari?" Shakira menggeleng cepat. "Mana bisa," balasnya ketus. Feligan mendesah lelah. Lalu dengan tangannya menyuruh Shakira keluar dari kamarnya. "Aku sangat butuh hal itu, Feligan." Feligan menatap Shakira sembari mengangguk. "Tunggu di kamarmu, aku akan menyuruh anak buahku untuk membelinya." Shakira tersenyum kecil. "Baiklah, terima kasih!" Setelah itu Shakira berlalu menuju kamarnya dan menunggu. Dirinya tidak percaya akan meminta hal itu pada Feligan dan bagaimana pria itu mengangguk membuat Shakira mengulum senyumnya. Lagian, ini salah Feligan sendiri yang menculiknya padahal tidak ada untungnya, bukan? Tok! Tok! Shakira berjalan menuju pintu dan mendapatkan Feligan di depan pintu dengan sekantong plastik berisi sesuatu. "Ini." Feligan mengulurkan kantong plastik itu pada Shakira yang ia ambil. Shakira membuka kantong plastik itu dan mengernyit. "Bukankah ini terlalu banyak?" bingungnya. Feligan mengedikkan bahunya. "Siapa yang tahu jika kau butuh sedikit," balasnya. "Tapi ak--" "Sudahlah, yang penting kau sudah punya benda itu jadi jangan ganggu aku lagi," potong Feligan. Shakira mengangguk. "Kalau begitu, bye!" Shakira langsung menutup pintunya dan mendengarkan u*****n dari luar sana. Shakira hanya bisa tertawa, lumayan menyenangkan juga membuat pria itu kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN