"Kemana?" tanya Shakira saat mereka telah menaiki mobil.
"Ke sebuah restoran," jawab Feligan tak acuh.
Shakira mengangguk dan berpikir mungkin tidak apa untuk ia percaya pada Feligan kali ini karena pria itu terlihat memikirkannya kali ini atau setidaknya itulah yang ia tangkap dari perkataan pria itu kemarin malam.
"Siapa klienmu kali ini? Berasal dari mafia mana?" tanya Shakira yang mendapat lirikan oleh Feligan.
Feligan memutar setirnya saat jalan yang mereka lalui mengarah suatu tempat. "Well, aku memang Mafia tapi bukan berarti semua klienku seperti itu, bukan?"
Shakira mengedikkan bahunya lalu menyuarakan kebingungannya, "Memangnya kau bisa terlibat dengan mereka yang bukan Mafia?" tanya Shakira sembari mengutip kata 'bukan'.
"Tentu saja, merekalah yang melibatkan diri mereka padaku. Ingat, aku mafia dan tentu saja menguntungkan mereka."
"Tapi perjanjian seperti apa yang kalian lakukan, maksudku kerja sama apa yang kalian bangun?"
Feligan tampak berpikir dan menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Setelah itu ia menatap Shakira dengan kepala yang sedikit ia miringkan.
"Kami biasanya berkerja sama untuk menyelundupkan sesuatu atau melakukan sesuatu yang mereka tidak bisa," jawab Feligan.
Shakira mengernyit. "Bagaimana kau bisa melakukannya dan mereka tidak? Kau bukan Tuhan dan kau tahu itu."
Feligan terkekeh lalu kembali menatap ke depan dan melajukan mobilnya karena lampu lalu lintas sudah berubah warna menjadi biru.
"Mengapa kau terlihat pernasaran? Mulai mendalami pekerjaanmu sekarang?"
Shakira menggeleng. "Aku hanya penasaran, mengapa kau menjadi seorang Mafia disaat banyak pekerjaan lainnya yang bisa kau lakukan."
Rintik hujan mulai turun, awan yang tadi tidak cukup mendung kini mulai menggelap sama dengan apa yang dirasakan Feligan saat Shakira berkata seperti itu, hal itu membuatnya sedikit terganggu dan ikut bertanya pada dirinya sendiri.
"Entahlah," itulah yang akhirnya keluar dari bibir Feligan.
Mereka sampai di depan sebuah restoran dan rintik hujan masih setia menemani mereka. Feligan dan Shakira tidak berkutik di tempatnya, mereka seolah menunggu, menunggu siapa yang akan berbicara duluan dan mencairkan suasana tegang yang mereka buat sebelumnya.
Feligan melepaskan seatbeltnya dan menatap Shakira yang kini tengah menatap keluar jendela. Wanita itu terlihat cantik dengan hidung mancung dan bibir yang tidak terlalu penuh. Bulu matanya terasa lebat dan membuat wanita itu terlihat sangat cantik.
"Ingin turun sekarang?" tanya Feligan.
Shakira menoleh dan mengangguk. Feligan yang keluar terlebih dahulu dan membukakan pintu mobil untuk Shakira. Mereka berjalan beriringan memasuki restoran tersebut dan duduk di salah satu meja privat yang berada di lantai dua.
"Mereka belum datang?" tanya Shakira setelah ia duduk.
Feligan melihat sekeliling dan tidak menemukan batang hidung kliennya, lalu ia menggeleng pada Shakira.
"Lalu apa yang akan kita bahas nanti, tentang apa?"
Feligan melepaskan kancing teratas kemejanya dan duduk dengan menyilangkan kaki sembari menatap Shakira dan menjawab, "Apa saja yang ia inginkan."
"Maksudmu?"
"Dia klien, dia yang menentukan."
Shakira menggeleng sembari mengernyitkan dahinya. "Maksudmu kau tidak tahu apa yang mereka minta dan hanya datang begitu saja karena mereka butuh bantuanmu?"
Feligan tampak tidak terima. "Kau salah, aku tidak memberikan bantuan. Dia memberikanku uang atau sesuatu dan balasannya aku melakukan apa yang ia minta. Dan betul, aku tidak tahu apa yang mereka minta."
"Lalu bagaimana jika permintaan mereka sangat aneh, kau tetap melakukannya?"
"Kau terlalu meremehkan, Shakira. Aku berhak menolak, bukan dia satu-satunya klien. Aku melakukan apa yang ingin kulakukan, tidak ada yang bisa menyuruhku."
Shakira menutup matanya dan mendesah pasrah. "Terserah denganmu, aku hanya ingin cepat pulang ke rumah."
Feligan tertawa. "Kau sekarang sudah menganggapnya rumah? Kupikir kau akan memberontak lebih lama lagi," sahut Feligan.
Shakira menatap sinis Feligan. "Menurutmu apa yang bisa kulakukan? Kabur? Kau sendiri yang mengatakan padaku jika aku tidak bisa kabur."
Feligan menyeringai saat sebuah pikiran melintas di otaknya. "Bagaimana jika aku beri kau kesempatan untuk kabur, setelah pertemuan ini. Jika kau berhasil kabur selama 2 jam dariku maka aku akan melepaskanmu, bagaimana? Tertarik?"
Shakira menelan salivanya, tawaran yang begitu menarik walau ia tahu kesempatannya cuma 30 : 70. Tapi lebih baik mencoba daripada tidak, bukan? Siapa tahu ia beruntung dan dapat pergi dari pria menyebalkan di depannya ini.
"Baiklah, aku terima."
Feligan tersenyum lebar. "Baguslah, sekarang terasa menyenangkan. Aku tahu kau akan menerimanya."
"Jangan meremehkan aku, Tuan Feligan. Aku pasti bisa kabur darimu," desis Shakira.
Feligan mengangguk. "Kita lihat nanti."
Dua orang pria mendekati mereka dengan baju formal yang terlihat seperti orang-orang eksekutif di perusahaan.
"Tuan Feligan?" tanya salah satu pria tersebut.
Feligan berdiri dan berjabat tangan dengan pria itu, diikuti dengan Shakira yang terlihat kikuk dan bingung untuk bersikap.
"Silahkan duduk," ucap Feligan.
Kedua pria itu duduk dan mulai mengeluarkan tas besar yang dibawa mereka dan meletakkan tas itu di atas meja. Pria itu langsung membuka kancing tas itu dan terlihat tas tersebut dipenuhi oleh uang pecahan seratus dollar.
Shakira menahan napasnya saat melihat uang sebanyak itu yang mana ia tidak pernah lihat sebelumnya kecuali di televisi. Ia tidak menyangka jika di dunia ini memang ada orang yang memiliki uang sebanyak itu.
"Kurang," sahut Feligan, membuat Shakira menatapnya tidak percaya.
"Aku akan membawa seratus ribu dolar padamu jika kau berhasil melakukannya, ini hanya uang muka. Anggap saja seperti itu," jelas pria itu.
Shakira langsung menatap Feligan yang terlihat berpikir. Apa yang pria itu pikirkan dengan uang sebanyak itu tentu saja akan membuat hidupnya serba kecukupan bahkan lebih.
"Kalau begitu, aku ingin dengar dahulu apa yang kau inginkan," ucap Feligan.
"Aku hanya ingin kau menjadi pelindung dalam penyergapan kami yang akan kami lakukan untuk menangkap anggota kami disalah satu markas musuh kami."
Feligan menatap pria itu sembari mengernyit. "Jelaskan dengan singkat," perintahnya.
"Kami butuh beberapa orang yang bisa melindungi kami, orang yang tentunya profesional. Tenang saja, kami tidak butuh banyak hanya dua atau tiga orang."
Feligan meletakkan tangannya di dagunya dan mulai berpikir. Entah kenapa Shakira sangat jengkel melihat wajah Feligan seperti itu, membuat pria itu seperti jual mahal.
"Apakah polisi atau pemerintah ikut tangan dalam hal ini?" tanya Feligan, memastikan sekali lagi.
Pria itu menggeleng. "Tentu saja tidak, kami hanya musuh dalam pekerjaan. Ia ingin menjatuhkan perusahaanku dan aku sangat tidak menginginkan itu."
"Kalau begitu tambah lima puluh ribu dolar lagi," pinta Feligan yang membuat kedua pria yang berada di depannya itu terkejut.
"Mau atau tidak? Kalian yang menentukan."
Kedua pria itu terlihat saling tatap dan akhirnya mengangguk. "Baiklah, aku terima. Tapi pastikan kami mendapat yang benar-benar profesional."
Feligan menyeringai. "Tentu saja, kalau begitu senang bekerja sama dengan kalian."
Feligan bangkit dan menyalami kedua orang itu. Setelah itu, kedua pria itu pergi meninggalkan Shakira dan Feligan dengan tas yang penuh berisi uang tersebut.
"Kau mengulur dan mengambil banyak uang pada kedua pria tersebut, kau tidak merasa itu kebanyakan?" sahut Shakira sembari menatap tas itu.
Feligan terkekeh. "Baiklah, hentikan dulu pertanyaanmu. Mari kita pikirkan tantangan tadi. Kau masih ingin melakukannya?"
Shakira menatap kedua mata Feligan dengan yakin. "Tentu saja."
"Baiklah kita mulai sekarang. Aku akan memberikanmu waktu selama tiga puluh menit untuk berlari atau bersembunyi dan aku akan mencarimu selama dua jam. Jika tidak ketemu dalam dua jam aku akan melepaskanmu. Deal?"
Shakira tersenyum miring. "Deal!"