“Mudah katamu? Kamu pikir janin dalam perutku ini hanya seonggok daging? Dia punya nyawa, dia sudah memiliki detak jantung, apakah kita akan membunuh anak kita Lan?!” pekik Arin emosi. Alan terdiam tak menjawab Arin yang sedang murka. “Rin… tenang, tarik napas…. Hembuskan pelan,” ucap Ellen. Arin mengepalkan tangannya, ia mengikuti apa yang dikatakan Ellen. “Kamu bisa dengan mudah mengatakan hal itu Lan? Itu anak kamu, darah daging kamu, dan kamu mau membunuhnya?” “Aku… aku bingung harus bagaimana.” “Bingung? Kamu laki laki, kamu harus bisa memutuskan dengan baik masa depan kalian, sudah sangat jelas solusinya adalah kalian harus menikah secepatnya.” “Tapi aku baru merintis karier di perusahaan keluargaku, jika aku menikah, bagaimana nanti?” “Bagaimana apanya? Kamu masih bi