Bab 5. Dibuat kesal

1108 Kata
Letizia terus menatap ponsel milik Jourell sampai akhirnya panggilan itu berakhir, tak lama kemudian ada pesan masuk yang dikirimkan. Letizia cukup kaget, melirik ke arah layar lagi karena keingintahuan yang luar biasa. Sayangnya sebelum netranya menangkap pesan yang tertulis ponsel itu sudah lebih dulu direbut oleh pemiliknya. “Jangan lancang menyentuh ponselku!” Seruan Jourell terdengar tepat dibalik telinga Letizia membuat wanita itu sangat terkejut. “Tadi ada telepon, aku hanya ... ” Letizia berusaha menjelaskan tetapi malah tidak digubris oleh Jourell, pria itu berlalu menuju dimana kopernya berada lalu memilih baju yang hendak dikenakan. Sebelum itu ia juga menghubungi lagi nomor yang baru saja menelepon. Letizia memanyunkan bibirnya kesal, niatnya cukup baik malah dicuekin. Biar sajalah, sekarang sepertinya ia harus terbiasa dengan sikap menyebalkan Jourell. Lebih baik fokus saja untuk membayar hutang. Ia segera melanjutkan aktivitasnya, menyelesaikan riasan tipis di wajahnya lalu segera keluar kamar. Sebelum kakinya melangkah keluar ia menatap Jourell kembali. “Aku tadi sudah membuatkan sarapan, kau mau—” “Aku mau." Jourell menyahut sebelum Letizia menyelesaikan ucapannya, masih menyibukkan diri tanpa menoleh. Tanpa sadar senyum manis di bibir Letizia terukir, ia melangkah dengan ringan ke meja makan menunggu Jourell untuk bergabung. Sembari menunggu Letizia memainkan membuka ponsel melihat-lihat video yang viral, hanya sebentar saja karena Jourell sudah ikut bergabung bersamanya. Mata Letizia tidak bisa untuk tidak melirik pria itu, aroma maskulin yang begitu menggoda susah untuk dilewatkan. Pagi itu Jourell tampil santai dengan kaos kedodoran warna abu-abu dengan celana pendek serta sneakers. Tas besar menggantung di punggungnya membuat pria itu tampak sangat menarik di matanya. “Ehm, bukankah seharusnya kuliahmu sudah selesai?" Letizia bertanya ragu namun keingintahuan itu tak bisa dicegah. Jourell meliriknya cukup tajam, tangannya sibuk mengoleskan selai pada roti yang hendak di makan. “Seharusnya memang sudah selesai tapi pernah ada wanita yang menipuku sampai aku menunda kuliahku selama satu tahun,” jawab Jourell sangat ketus. Letizia mengulum bibirnya lalu menundukkan wajah dalam-dalam, teringat akan obrolan di masa lalu tentang dimana mereka akan kuliah. Jourell yang tadinya cukup semangat mendadak kesal sekali mengingat apa yang dilakukan Letizia dulu, ia menghempaskan roti yang baru digigit sekali lalu meminum susunya dengan kasar. “Kenapa? Apa makanannya tidak enak?” tanya Letizia kaget. “Menurutmu?” Jourell menjawab lebih ketus dari sebelumnya. “Roti ini sangat keras, susunya juga tidak berasa. Sebenarnya kau niat tidak membiayai aku?” sergah Jourell tanpa mengubah tatapan tajamnya itu. “Susunya masih baru, tadi pagi aku membelinya di supermarket. Apanya yang salah?” Letizia justru bingung, merasa tak ada yang aneh dengan s**u itu. “Itulah, kau memberikan aku s**u murahan. Astaga, istri macam apa kau ini.” Jourell mencibir dengan nada kasar, ia bahkan mendorong piring di depannya lebih keras dari sebelumnya. Letizia cukup kaget akan tingkah Jourell itu, wanita itu mendongak dengan mata sendu bercampur amarah. “Kau yang paling tahu bagaimana kondisi keuangan kita sekarang, aku sudah berusaha kenapa malah marah?” ucap Letizia terbata, entah hatinya begitu sakit dengan sikap Jourell kali ini. “Lalu apa itu salahku? Ingatlah, Zia. Kalau bukan karena bantuanku, ibumu masih sekarat di rumah sakit!" Letizia tersenyum pahit, ia menganggukkan kepalanya cepat-cepat. Matanya terlihat berkaca-kaca namun tak ia tunjukkan sama sekali. “Aku masih ingat, masih sangat ingat Jourell. Maafkan aku, lain kali aku akan memberikanmu makanan yang lebih baik," kata Letizia yang meraih roti milik Jourell yang tidak sempat di makan ke piringnya sendiri lalu memakan semua roti yang telah dibuat. Jourell menggoyangkan rahang menahan gejolak emosi yang merajalela, ia langsung bangkit dari duduknya segera. “Bagus," ucap Jourell dingin membuat Letizia semakin merasa terancam. ”Mulai hari ini kau harus giat mencari pekerjaan kalau mau hutangmu cepat lunas.” Letizia kembali mengangguk cepat-cepat, dadanya terasa sesak dan ia terus memakan roti yang ada di depannya. Air matanya sudah sekuat tenaga ia bendung namun sesekali masih lolos, ia tidak mau menunjukkan air mata itu di depan Jourell. Tiba-tiba tanpa peringatan Jourell menarik bahu Letizia hingga tubuh wanita itu terhentak pada kursi. Pria itu tersenyum tipis ketika melihat wajah Letizia yang menyedihkan, jemarinya terulur mengusap lembut rambut panjang wanita itu. “Atau aku akan memberikanmu pilihan lain?” Jourell berbicara lambat-lambat, jemarinya terus bergerak ke sepanjang wajah Letizia lalu berakhir pada dagu. “Jika ingin hutangmu cepat lunas, kau bisa melayaniku di ranjang ... ” Suaranya serak penuh gairah, tanpa rasa ragu Jourell menyentuh d**a Letizia dengan telunjuknya dengan kuat. Beberapa detik setelahnya terdengar suara tamparan yang sangat keras bersamaan dengan wajah Jourell yang memerah. Tamparan itu berasal dari Letizia yang menatap Jourell dengan tatapan nyalang. Jourell tersenyum tipis, mengusap pipinya yang sangat panas. Jourell menatap Letizia dengan mata yang berkobar-kobar, suaranya yang rendah dan berat membuat Letizia merasa seperti diancam. "Kau berani sekali, apa kau bisa membayar kerugian atas apa yang kau lakukan ini?" ucap Jourell sinis sekali, membuat Letizia merasa seperti diinjak-injak. Letizia tidak gentar, ia kembali mengangkat tangannya menampar Jourell namun sebelum itu terjadi tangannya sudah lebih dulu ditarik lalu dipelintir ke belakang. "b******k! Lepaskan aku, Jourell!" jerit Letizia berontak, matanya pun menatap Jourell lebih marah. Jourell menarik tangan Letizia lebih kasar dari sebelumnya, tanpa ampun ia menghempaskan tubuh wanita itu di sofa yang ada di depan telivisi lalu menindihnya. Tatapan matanya sangat berbeda, kali ini lebih ganas dan berapi-api membuat Letizia sangat ketakutan. "Aku tidak suka wanita pembangkang." Jourell mengeraskan rahang, menunduk dan tanpa ampun langsung melumat bibir tipis Letizia. Letizia langsung berontak sekuat mungkin tetapi Jourell sepertinya benar-benar marah, pria itu menciumi leher Letizia dengan penuh gairah, tangannya pun bergerak luar mencari tepian dress milik Letizia dan mengusap pahanya sensual. Tubuh Letizia gemetaran tak karuan, ia menangis menjerit menolak. Meskipun ia masih mencintai Jourell, ia enggan diperlakukan seperti ini. "Jourell lepaskan aku, b******n!" Letizia berteriak sekeras mungkin, ia menggigit bahu Jourell begitu kuat sampai berdarah. Jourell mengumpat lirih, melirik bahunya yang benar-benar berdarah karena ulah Letizia. Hal itu berhasil membuat pelukan Jourell mengendur dan Letizia menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri. Ia meringkuk memeluk dirinya sendiri di sudut ruangan tanpa berani menatap ke arah Jourell yang menakutkan. Jourell menatap Letizia dengan mata yang penuh dengan emosi, ia merasa seperti telah kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Ia tidak tahu apa yang membuatnya begitu marah dan kejam terhadap Letizia, tapi ia tidak bisa menahan diri. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku," Jourell berbicara pada dirinya sendiri, menutup matanya, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri lalu pergi meninggalkan ruangan itu. Letizia menatap ke arah pintu yang telah ditutup, air matanya mengalir deras di wajahnya. Ia merasa seperti telah kehilangan segalanya, seperti telah kehilangan dirinya sendiri. Tiba-tiba, pintu terbuka dan sosok yang datang membuat Letizia merasa sangat ketakutan. "Pergi!" Letizia berteriak, mencoba untuk melindungi dirinya sendiri. Bersambung~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN