Telur Asin vs Cilok Pedas

880 Kata
Pagi ini, langit mendung, tapi semangat Usrox dan Paijo membara kayak sate kambing baru dibakar. Mereka berdiri di depan gerbang sekolah, masing-masing bawa tas berisi telur asin "Bebek Bahagia". Hari ini misi besar dimulai: Mengalahkan cilok Kak Dony. Paijo semangat banget. "Srox, kita kudu atur strategi! Cilok kan jual rasa pedas, kita serang dari sisi kesehatan!" Usrox setuju. "Bener. Telur itu banyak proteinnya, Jo! Cilok? Paling cuma tepung doang!" Mereka berjalan menuju kantin dengan kepala tegak, penuh percaya diri, sambil memikirkan jurus-jurus marketing baru. Hari ini, mereka sudah siap— ada banner kecil dari karton bertuliskan— "MAU KUAT DAN CERDAS? MAKAN TELUR ASIN BAHAGIA!" Sampai di kantin, situasi langsung terasa panas. Kak Dony sudah bukalapak lebih awal. Gerobaknya dihias dengan bendera merah putih kecil, lengkap dengan papan promo: "CILOK PEDAS LEVEL NERAKA! Beli dua, gratis bonus kuah super pedas!" Anak-anak sudah ngumpul di sekitar gerobak, rame kayak bazar. Paijo melongo. "Astaga, Srox. Dia udah kayak jualan pas puasa." Usrox nggak mau kalah. "Diem, Jo. Fokus. Ingat, jualan itu perang strategi, bukan panik!" Mereka segera menggelar meja kecil dekat kantin. Dengan lincah, Paijo susun telur-telur di atas taplak meja merah polkadot yang mereka pinjam dari dapur rumah. Usrox berdiri di depan meja, tangannya mengepal. Hari ini, mereka punya dua s*****a baru— 1. Telur asin "special pack" — beli tiga telur, dapat satu plastik kecil kerupuk telur asin. 2. Telur asin "paket kenyang" — beli lima telur, dapat bonus teh kotak mini. Paijo semangat banget jadi announcer dadakan. Dia berdiri di kursi kecil sambil teriak: "YANG MAU KUAT! YANG MAU CERDAS! MAKAN TELUR ASIN! BEBEKNYA BAHAGIA, KAMU JUGA BAHAGIA!" Beberapa anak mulai ngelirik. Ada yang ketawa-ketawa. Ada yang keliatan tertarik. Melihat itu, Kak Dony langsung pasang strategi balasan. Dia juga berdiri di atas gerobaknya sambil teriak: "CILOK PANAS! CILOK PEDAS! MAU NANGIS? MAU KETAWA? MAKAN CILOK KAK DONY AJA!" Sorak sorai anak-anak makin rame. Ada yang ngakak. Ada yang sengaja dateng buat lihat "perang dagang" dadakan ini. Usrox dan Paijo nggak menyerah. Mereka mulai keliling bawa nampan isi sample telur asin potongan kecil-kecil. "Gratis icip! Gratis icip!" teriak Paijo sambil nyodorin potongan telur ke anak-anak. Satu anak kelas 7 ngambil sepotong, nyicip, lalu mengangguk sambil bilang— "Enak sih, cuma minumnya mana, Bang?" Paijo cekikikan. "Kalau mau minum, beli paket kenyang, Bro!" Anak itu ketawa, tapi akhirnya beli satu butir. Usrox cepat-cepat masukin uang ke kantong kresek kecil mereka. "Alhamdulillah, satu telur!" Di sisi lain, Kak Dony tak mau kalah. Dia lempar gimmick baru: "Beli cilok, dapet bonus cabe utuh! Bisa buat bumbu sendiri, loh!" Anak-anak langsung teriak seru. "Kak, aku mau! Aku mau!" Paijo ngebisik ke Usrox, "Srox, kita kalah gimmick!" Usrox cemberut, mikir keras. Tiba-tiba ide brilian muncul. Dia melompat ke atas kursi kecil dan teriak— "YANG BELI LIMA TELUR, BOLEH PILIH NAMA BEBEK KAMI!" Kantor kantin hening sebentar. Terus anak-anak ketawa ngakak. "Boleh pilih nama bebek?" Usrox ngangguk semangat. "Serius! Nanti kita kasih foto bebeknya, dan namanya kalian yang pilih! Mau dikasih nama 'Bebek Monika' atau 'Bebek Naruto', terserah!" Suasana langsung pecah ketawa. Anak-anak mulai datang ke meja Usrox dan Paijo, penasaran mau "adopsi" bebek. Satu anak cewek beli lima telur dan berkata, "Saya mau namain bebeknya— Princess Elsa!" Paijo sambil nyatet di buku kecil sambil ngakak. "Siap, Mbak. Nanti bebeknya kami bisikin supaya berasa putri salju." Jualan mereka mulai bergerak cepat. Telur-telur satu per satu berpindah tangan. Dus mereka makin ringan. Kak Dony mulai panik kecil. Anak-anak banyak yang pindah ke lapak telur. Sebagai balasan terakhir, Kak Dony turunkan harga cilok. "Beli dua, dapet satu cilok bonus!" Tapi Usrox sudah punya serangan pamungkas. Dia berdiri di atas kursi dan teriak— "SEMUA PEMBELI HARI INI IKUT UNDIAN! HADIAHNYA— BIBIT BEBEK!!!" Anak-anak histeris ketawa. "Aku mau, aku mau!" "Bibit bebek beneran, Kak?" Usrox sengaja pasang muka serius. "Serius! Kalau menang, kami kirimin foto bibitnya via WA." (Aslinya, tentu saja mereka cuma kirim foto bebek kecil dari internet.) Anak-anak ngakak guling-guling, tapi tetap antusias beli. Paijo sambil bisik, "Srox, lu licik juga ternyata." Usrox ngakak. "Namanya juga kreatif marketing." Dalam waktu kurang dari setengah jam, semua telur mereka ludes! Mereka duduk di pojokan kantin, ngos-ngosan sambil ngitung uang recehan dan lembaran ribuan yang udah kayak harta karun. Paijo meletakkan kalkulator kecilnya di atas meja. "Srox, total uang kita hari ini enam ratus ribu!" Mereka saling pandang. Hening beberapa detik. Lalu— "YEAAYYYY!!!" Mereka lompat-lompat kayak bocah dapet kado ulang tahun. Bu Yani, si penjaga kantin, cuma geleng-geleng sambil senyum geli. "Bocah-bocah kreatifnya ngalahin pengusaha beneran." Saat semua dagangan habis dan anak-anak mulai bubar ke kelas, Kak Dony mendekat. Dia tepuk bahu Usrox dan Paijo sambil senyum. "Salam hormat, Dek. Hari ini kalian menang," katanya sambil ketawa. Usrox dan Paijo kaget. Mereka kira bakal dimarahin atau dilabrak. Tapi ternyata Kak Dony malah kasih semangat. Kak Dony lanjut, "Ingat, bisnis itu bukan soal menang hari ini. Tapi soal siapa yang bisa bertahan paling lama." Usrox mengangguk pelan. Paijo juga angkat tangan hormat. "Siap, Kak Dony! Kita belajar banyak hari ini." Mereka saling tos, tanda sportivitas. Hari ini, Usrox dan Paijo pulang ke rumah dengan langkah ringan. Dus kosong di tangan kanan, uang di kantong kiri, dan hati penuh harapan. Mereka tahu, jalan mereka masih panjang. Tapi, langkah kecil ini sudah jadi kemenangan pertama mereka di dunia nyata.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN