Rora keluar dari kamar mandi wanita langsung menghampiri Gaston yang berbaring di kasur. Dia memeluk Gaston bermanja-manja dengan lelaki itu berharap kemarahan Gaston padanya sirna.
"Apakah kau masih marah? Maafkan aku, aku tidak akan membuat kau kesal lagi seperti tadi lagi ..." Ujar Rora dengan wajah memelas membuat Gaston membalas pelukan wanita itu.
"Aku tidak marah aku hanya lelah, bisakah kita tidur? Aku benar-benar ingin istirahat segera." Jawab Gaston yang di hadiahi senyuman lelah Rora. Wanita itu memejamkan matanya dalam pelukan Gaston begitu juga lelaki itu yang mulai terlelap. Setelah beberapa saat Rora membuka matanya wanita itu bejalan keluar dari kamar setelah memastikan jika Gaston tertidur. Wanita itu menuju ruangan bar, dia mengambil beberapa alkohol dan meminumnya. Dia merasa sedikit kesal dan ingin mencurahkan isi hatinya. Setelah beberapa waktu dia akhirnya menelpon Shafir di tengah malah hanya wanita itu yang bisa ia ajak berbicara. Mau bagaimana lagi dia tidak memiliki siapapun selain orang itu.
Di sisi lain, Shafir berpikir dirinya demam, wanita itu berbaring dia kasur sambil menggunakan selimut tebal. Tidak lama kemudian ponselnya berbunyi wanita itu melirik sebentar sebelum akhirnya menjawab panggilan dari Rora.
Apa lagi yang akan wanita itu katakan? Keluhan apa lagi? Shafir menjadi penasaran sekali.
"Halo?" Sapa Shafir dengan nada sengau ala hidung tersumbat karena flu.
"Halo, ini aku Rora." Ujar wenita itu.
"Aku tahu, ada apa kau menelpon malam-malam begini? Apakah sudah tejadi sesuatu?"
"Shafira kau memang yang terbaik, kau teman terbaik sangat peka jika aku sedang berada dalam masalah. Gaston sepertinya kesal kepadaku, dia menghindari aku ... Tidak biasanya dia seperti itu ..."
"Astaga, Rora. Kau harus lebih memperhatikan Gaston, dari buku yang pernah aku baca itu adalah ciri-ciri lelaki yang mulai berselingkuh, cobalah untuk mengecek apakah dia melakukan hal yang tidak biasanya ... Tapi jangan langsung menuduh, okey. Kau bisa memperhatikan diam-diam untuk beberapa waktu." Shafir menabur bensin di atas api, jelas apa yang ia katakan saat ini di telan bulat-bulat oleh Rora, karena memang ada beberapa yang aneh dari Gaston. Lelaki itu menolak dirinya padahal gairah Seks Gaston tidak bisa di bendung ini sangat tidak masuk akal.
"Kau benar, Shafir ... Aku tidak bisa membiarkan Gaston seperti ini, aku harus selidiki. Jangan sampai dia berselingkuh atau mengkhianati aku ... Aku tidak akan terima!" Rora meminum alkohol yang ia pegang dengan sekali teguk, dia menjadi kesal dan marah setelah mencurahkan isi hatinya. Di sisi lain Shafir tersenyum puas dia berhasil membuat Rora termakan oleh omong kosong yang dia katakan.
"Sesekali, kau tidak bisa mengabaikan perubahan tiba-tiba, jika dia melakukan apa yang tidak seperti biasanya maka kau patut curiga, kau tahu perselingkuhan itu bisa terjadi begitu saja dan saat semuanya terjadi tidak akan bisa di hindari lagi di. Kau harus mengawasi Gaston." Shafir terus-terusan mencoba membuat kek MBhawatiran di hati Rora, agar wanita itu tidak tenang dan berakhir menjadi paranoid yang akan di anggap aneh oleh Gaston. Mereka berdua akan saling menuding, membenci dan saat celah semakin besar di situlah mereka akan saling membuka rahasia masing-masing.
"Maaf, Rora. Aku tidak bisa lama-lama menemani mau bicara. Aku sedang tidak enak badan jadi aku akhiri dulu panggilan ini. Bye ...." Shafir mematikan ponsel begitu saja 0sedangkan di seberang sana Rora yang mabuk mulai berhalusinasi dengan keadaan dan berpikir yang tidak-tidak.
Rora yang mabuk menuju kamar dia langsung menghampiri Gaston dan menarik selimut lelaki yang sedang tertidur itu, Gaston langsung terbangun dia menatap Rora kebingungan dan heran apa yang sedang wanita itu lakukan.
"Ada apa, Sayang? Kenapa kau belum tidur?" Tanya Gaston dengan nada lembut
"Aku tidak bisa tidur!! Aku tidak bisa! Kau berselingkuh bukan? Kau berubah Gaston kau sudah tidak mencintai aku lagi!" Ujar Rora yang langsung menuding lelaki yang tidak tahu apapun itu. Rora mendekati Gaston dai menatap lelaki itu dengan tubuh sempoyongan, wajahnya memerah dengan aroma alkohol yang kuat tercium keluar dari mulutnya.
"Kau minum? Kenapa? Rora sebenarnya ada apa sampai kau mencari seperti ini?" Tanya Gaston heran.
"Kau sudah tidak mencintai aku, aku menipuku, kau pasti berselingkuh bukan? Kau akan menyingkirkan aku seperti kau menyingkir Shafir, kau akan meninggalkan aku ...." Rora mengatakan hal yang tidak masuk akal, dia tidak mau mendengarkan Gaston yang meminta dia untuk berhenti, Wanita itu hanya terus membuat keributan di tengah malam, Gaston yang sudah tidak tahan dengan sikap Rora yang kekanakan dan tidak masuk akal memilih untuk pergi meninggalkan Wanita itu dan pindah ke kamar lain.
"Mau ke mana?"
"Sadarkan dirimu! Aku ingin istirahat tidak bisakah kau tenang dan biarkan aku tidur? Kau sudah keterlaluan Rora. Kau sudah kelewatan batas." Ujar Gaston sambil mendorong Rora hingga terduduk di kasur. Lelaki itu pergi dalam kemarahan, semakin hari sikap Rora semakin keterlaluan. Wanita itu tidak bisa bicara baik-baik selalu saja berprasangka buruk terhadap Gaston, mencari masalah lalu membuat suasana hatinya memburuk. Gaston membaringkan dirinya. Sialan, karena kejadian tadi dia jadi tidak mengantuk lagi. Lelaki itu memilih untuk memainkan ponselnya dan saat itu dia melihat status media sosial Shafira yang menunjukan jika wanita itu sedang sakit. .
Gaston berpikir sejenak apakah dia harus menghubungi wanita itu, lalu saat sudah merasa jenuh dia akhirnya menghubungi Shafir.
Wanita itu langsung mengangkat panggilan darinya, seperti memang sedang menunggu lelaki itu menghubunginya.
"Halo, ada apa Tuan Gaston?" Shafir menggunakan mode formal dengan suara serak dan sengau yang sebenarnya tidak separah itu.
"Tidak, aku hanya melihat kau sakit di status media sosial, bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Aku baru saja minum obat, jadi flu dan demam sudah mulai mereda. Bagaimana denganmu? Kenapa jam segini belum tidur juga?"
"Tidak ada, aku hanya tidak bisa tidur ... dan lagi, aku ...."
"Apakah kau bertengkar dengan Rora? Sebelumnya dia juga menghubungi aku ... Dia terlihat khawatir dan mengatakan kau memiliki wanita lain, aku sudah coba menenangkan tapi sepertinya dia sedang mabuk dia mematikan panggilanku begitu saja." Jelas Shafir dengan nada risau tapi senyuman yang terukir di bibir wanita itu.
Gaston mendengar hal itu tahu bagaimana sikap Rora yang sering berpikiran buruk wajar saja dia tidak mendengarkan Shafir. Wanita itu hanya melakukan apa yang dia mau ya pa memperdulikan orang lain.
"Maaf, karena masalah kami kau harus terganggu malam-malam begini." Ujar Gaston dengan rasa menyesal dan tidak enak.
"Tidak apa-apa, aku tidak masalah dengan semua itu." Ujar Shafir. "Aku harap hubungan kalian segera membaik, walau mungkin akan sulit juga bagiku ...." Gaston terganggu oleh perkataan di kalimat terakhir Shafir.
"Kenapa? Kenapa malah sulit untukmu ...." Ujar Gaston penasaran.
"Tidak ada, lupakan saja. Tidurlah, ini sudah malam jangan terlalu lelah ... Kau harus berkerja keras untuk memenangkan proposal yang Tuan Black Jerico minta ... " Ucap Shafir dengan nada menyemangati.
"Terima kasih sudah mau mendengar aku. Aku merasa lebih baik setelah bicara denganmu," ujar lelaki itu.
"Selama malah, Shafira. Mimpi indah." Ujar Gaston
"Kau juga ...." Ucap Shafir sebelum mematikan ponselnya. Wanita itu bangkit dengan wajah kesal. Dia menuju keluar kamar dan berjalan menuju dapur.
Wanita itu mengambil air dan menenggak hingga habis. wanita itu bersandar di dinding dan meremas kepalanya yang terasa sakit.
"Mereka benar-benar serasi ...." Guman wanita itu dengan nada tajam.
"Oh, lihat siapa ini? Si paling spesial ..." Ujar Shela dengan nada mencemooh. Shafir dengan suasana hatinya yang buruk serta keadaan tubuhnya yang lemah dia tidak ingin menggubris ucapan wanita itu.
Shafir memilih pergi, tapi bukan Shela namanya jika membiarkan shafir pergi begitu saja.
"Jalang!" Ucap Shela dengan wajah mengejek dia memang suka mencari masalah terlebih setelah Shafir menjadi asisten tuan Black Jerico. Sebenarnya apa yang spesial dari wanita itu hingga semua orang begitu menganggap dia spesial.
Ataukah Shafir menggoda Tuan Black Jerico dengan genit? Mungkin wanita itu menggunakan tubuhnya untuk menarik perhatian lelaki, memang bentuk tubuh Shafir boleh di bilang Perfect tapi dia juga tidak kalah menarik, jika mau Shela memberikan lebih dari apa yang Shafir berikan.
Shafir mendengar jika Shela mengatai dirinya jalang, kali ini wanita itu benar-benar sudah keterlaluan. Shafir berbalik dia mendorong Shela keras dan menarik rambut wanita itu. Shela berteriak keras dia terkejut dengan serangan tiba-tiba Shafir. Wanita itu tidak mau melepas Shela dia memperkuat pegangannya pada rambut wanita itu lalu menampar wajah Shela keras bukan hanya sekali tapi berkali-kali ia lakukan.
"Kau pikir aku akan bersabar? Kau selalu mencari masalah denganku, kau selalu menggangguku!!!" Jerit Shafir dengan suara melengking. Saat itu semua orang langsung keluar dari kamar mereka menghampiri asal suara ribut yang tejadi.
Para pelayan lain mencoba memisahkan mereka, setelah berhasil Kelapa pelayan Suesan langsung menanyakan apa yang terjadi sehingga mereka berdua bertengkar. Shela memulai aktingnya, dia menangis. Namun, tanpa di duga Shafir jatuh pingsan membuat semua orang langsung fokus padanya dan mengabaikan Shela. Mereka semua tidak lagi mempedulikan Shela, terlebih kepala pelayan Suesan yang meminta mereka untuk kembali ke kamar masing-masing. Besok baru wanita itu akan membahas mengenai hal yang tejadi.
Suesan merawat Shafir dia menyeka keringat wanita itu, tidak lama kemudian Black Jerico datang, dia kemari karena mendengar keributan dan mengetahui jika Shafir jatuh pingsan dari Felix.
"Bagaimana keadaannya kepala pelayan Suesan?" Tanya Black Jerico dengan nada yang begitu Khawatir.
"Dia baik-baik saja, Hanya demam, mungkin karena dia tekena flu." Ujar Suesan.
"Kau bisa pergi! Biar aku yang di sini bersama dengannya." Perintah Black Jerico.
Suesan menuruti perintah lelaki itu. Dia pergi meninggalkan mereka berdua saja. Di sana Black Jerico mengusap kening Shafir dia dengan lembut, dia jatuh pada perasaan risau yang sungguh sulit ia jelaskan.
"Kau harusnya bisa lebih menjaga dirimu, aku sudah berusaha tidak perduli, aku bahkan bersikap dingin, jika begini bagaimana bisa aku mengabaikan kau?" Jelas Black Jerico.
"Aku sadar tujuanku hanyalah melindungi dan membantumu, cinta tidak seharusnya ada ... Aku tidak boleh jatuh cinta padamu, bagaimanapun baju harus bis mengendalikan diriku, maka dari itu aku mohon, Shafir. Berhati-hatilah ... Jangan sampai kau sakit atau terluka lagi, karena aku tidak bisa menahan diri untuk tidak peduli kepadamu." Guman Black Jerico pada wanita yang sedang memejamkan matanya itu. Tanpa Black Jerico tahu jika Shafir mendengar semua itu. Apa yang lelaki itu katakan.