Beberapa hari kemudian, Elaine menerima tugas baru yang diberikan langsung oleh dokter Amira. Tugas itu tidak biasa—Amira memintanya untuk menangani kasus yang rumit, dengan waktu yang sangat terbatas untuk mempersiapkan diri. Elaine menatap dokumen tebal yang ada di tangannya, alisnya berkerut. "Kasus ini kompleks sekali, Dok. Apakah tidak sebaiknya kita diskusikan dengan tim dulu, sebelum saya mengambil langkah lebih lanjut?" tanyanya dengan hati-hati. Amira, yang berdiri di depan meja Elaine, tersenyum tipis, tatapannya setajam pisau. "Dokter Wellis, jika kamu memang sehebat yang mereka katakan, ini seharusnya tidak menjadi masalah untukmu. Bukankah begitu?" Nada suaranya terdengar santai, tetapi Elaine bisa merasakan tekanan yang terselubung di baliknya. Elaine menahan napas sejenak