Pria itu menatapnya, air mata mengalir di pipinya yang lemah. "Aku... aku telah banyak berbuat salah padamu. Aku tidak pantas menjadi ayahmu." Elaine terdiam. Kata-kata itu menghantam hatinya, mengaduk-aduk semua kenangan pahit yang selama ini dia coba lupakan. "Aku hanya ingin... meminta maaf," lanjut pria itu, suaranya pecah. "Aku menyesal, Elaine. Aku terlalu buta oleh amarah dan keserakahan... Aku kehilangan semuanya. Aku kehilanganmu." Elaine tidak menjawab. Dia hanya menatap ayahnya, menyaksikan air mata pria itu mengalir tanpa henti. Sebuah suara kecil dalam hatinya berbisik, meminta dia untuk berbicara, untuk melepaskan beban yang telah lama menghantuinya. "Ayah..." Elaine akhirnya berkata, suaranya bergetar. "Aku... Aku pernah membenci Ayah. Aku merasa Ayah adalah alasan kenap