Aku memasuki apartemenku, menghampiri meja rias dan memandang pantulan diriku yang berantakan. Jilbabku berantakan, mataku sembab karena menangis selama perjalanan. Hubunganku dan Arsalan benar-benar sudah berakhir. Aku merasa lega sudah berkata jujur pada Arsalan bahwa perasaanku sudah berubah untuknya, jika hubungan ini dilanjutkan pun aku takut melukai hati Arsalan lebih dalam lagi. Sekali lagi aku mendapat perlakuan tidak mengenakan dari Bu Rianti. Benar kata Arsalan, aku harus seperti apa agar dia mau merestui hubungan kami? Aku sudah jauh lebih baik dari Falisha yang dulu, namun masih belum cukup juga baginya. Bukan inginku jika aku menjadi anak broken home. Bukan mauku aku menjadi sebatang kara seperti ini. Setidaknya aku bisa mandiri dan menghidupi diriku sendiri, tanpa mengemis b

