Aku sebenarnya ingin menolak, namun rasanya tidak enak hati. "Boleh." Virendra pun tersenyum kala aku bersedia ke rumah ibunya. "Pak Rey, kita ke rumah mama dulu," pinta Virendra pada Pak Rey. "Baik, Mas." Pak Rey memutar mobil yang dikemudikannya. *** Kami sampai di rumah orang tua Virendra. Rumah dua lantai yang begitu mewah dan didominasi warna emas. Gerbangnya tinggi menjulang. Aku dan Virendra masuk ke dalam, terlihat wanita paruh baya berjilbab krem langsung menghampiri Virendra dan memeluknya. “Mama rindu sekali padamu!” “Aku juga merindukan Mama.” Setelah mengurai pelukan, wanita yang Virendra panggil Mama melihatku. “Siapa dia, Rendra?” “Dia sekretarisku, Ma.” Virendra memberi kode padaku untuk maju. “Namanya Falisha.” “Falisha, ini Ibuku, namanya Bu Veli.” Aku segera

