"Ehem," dehem Virendra, yang membuat kami tersadar. "Maaf menganggu acara tatap-tapapan kalian. Tapi bisakah kita mulai meetingnya?" Dia menatapku dan pria itu bergantian. "Bisa, Pak." Aku segera berbalik dan berjalan menuju meja. Virendra duduk di sebelahku, dengan pria itu di seberang kami. Pria itu adalah ... Arsalan Daffa. Enam tahun aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Dua tahun kepergiannya ke Singapura kami masih saling kontak. Setelah itu tidak ada lagi pesan darinya, dan aku pun perlahan mulai melupakannya. Tapi pria yang aku sayangi saat SMA itu kini ada di hadapanku, dan anehnya perasaanku masih tetap seperti dulu. Apa Arsalan Daffa juga merasakan hal yang sama sepertiku? "Nama saya Arsalan Daffa. Senang rasanya bisa mengenal dan di beri kesempatan oleh perusahaan anda

