107. Penolakan

1216 Kata

Remus benar-benar tak dapat tidur, matanya masih berjaga, pikirannya benar-benar kalut dan semrawut. Memikirkan nasib anak bungsunya yang selalu tak pernah baik-baik saja. Padahal dahulu saat mudanya, ia tak pernah neko-neko atau menyakiti hati wanita manapun. Hanya Hanum yang mampu memikat hatinya sampai detik ini, diambang batas usia. Tapi mengapa, seolah-olah kehidupan menjadikan Resya sebagai wanita yang sengsara dan nelangsa. Padahal jika di cerna baik-baik, putrinya adalah korban dari keserakahan lelaki. Air mata tak dapat terbendung lagi, sebagai seorang Ayah dan orang tua pasti merasa sedih. Ia sudah tua dan hanya menunggu waktu untuk pulang, tak punya tenaga lebih untuk selalu menjaga putri bungsunya itu. Justru mungkin adalah kebalikannya. Erick-mantan menantunya selalu saja me

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN