11. Diculik

1603 Kata
Plak! Sebuah tamparan kuat mendarat di wajah Xander. Pria itu baru saja selesai menjelaskan pada ayahnya tentang yang terjadi antara dirinya dan Skyla. "Xander, kau benar-benar mengecewakan Ayah! Untuk seorang wanita rendahan kau sampai mempermalukan Skyla di depan umum. Dan beraninya kau membatalkan pertunangan antara kau dan Skyla tanpa berdiskusi dulu dengan orangtuamu!" Edward sangat marah. Sekarang ia mengerti kenapa Tyler bisa mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan dengannya. Apa yang dilakukan oleh Xander sangat keterlaluan. "Xander, apa sebenarnya yang kau lihat dari putri p*****r itu?" Janice, ibu Xander menatap putranya tidak habis pikir. "Skyla jauh berada di atas w***********g itu." "Bu, jangan menyebut Zeanne seperti itu." Xander tidak suka mendengar ibunya menyebut Zeanne w***********g. "Jika dia bukan w***********g lalu apa? Dia sudah tahu kau memiliki tunangan, tapi masih tetap nekat melanjutkan hubungan denganmu. Dengarkan ibu baik-baik, Xander. Kau bisa menikahi wanita mana pun, tapi tidak dengan p*****r itu! Ibu sangat membencinya!" Janice berkata dengan serius. Ia sangat tidak mengerti dengan cara berpikir putranya. Mereka telah memilihkan jodoh yang sangat cocok untuknya, tapi putranya malah memilih putri dari seorang p*****r yang merusak rumah tangga orang lain. Benar, saat ini Zeanne sudah menjadi putri seorang pengusaha, tapi itu tidak menutupi dari mana dia berasal. Istri sah pengusaha itu akhirnya mengalami gangguan jiwa karena ibu Zeanne yang merusak pernikahannya dan sang suami. Janice bisa menerima jika Xander menikah dengan wanita miskin, itu tidak apa-apa, asalkan wanita itu bukan putri p*****r atau perusak rumah tangga orang lain karena ia yakin keturunan p*****r akan memiliki tabiat yang sama dengan ibunya. "Sekarang kau pergi temui Tyler dan Skyla, minta maaf pada mereka atas apa yang sudah kau lakukan!" "Aku tidak akan meminta maaf. Skyla adalah wanita keji." Sebuah tamparan lain melayang ke wajah Xander, kali ini datang dari Janice. Ini adalah pertama kalinya Janice menampar Xander selama dua puluh tahun lebih putranya hidup. "Xander, kau benar-benar telah dibutakan oleh p*****r kecil itu. Jika aku jadi Skyla, aku tidak hanya akan mendorong p*****r itu dari tangga, tapi juga akan mencabik-cabik wajahnya yang tidak tahu malu! Lalu, bagaimana kau akan menyebut ibumu ini!" Xander benar-benar tidak menyangka jika orangtuanya akan membela Skyla sampai seperti ini. Ia tidak tahu bagaimana tepatnya Skyla meracuni pikiran orangtuanya sampai orangtuanya terus membela wanita itu. "Aku tidak akan meminta maaf pada Skyla." Xander berkata dengan tegas. "Jika seperti itu kau bisa angkat kaki dari kediaman ini. Aku ingin melihat apakah wanita selingkuhanmu akan tetap berada di sisimu atau pergi ke pria kaya lainnya!" seru Edward. Ia benar-benar menyesal karena tidak segera menyingkirkan Zeanne dari hidup putranya. "Ayah, Ibu, kenapa kalian lebih membela Skyla daripada aku putra kalian sendiri?" "Ini tidak ada hubungannya dengan Skyla!" seru Edward. "Kau lebih memilih untuk membangkang dari orangtuamu demi seorang putri p*****r. Dengan kau memilih wanita itu, sama saja dengan kau tidak menganggap kami sebagai keluargamu. Lalu, kenapa kami harus terus menerimamu saat kau saja tidak menganggap kami orangtuamu!" "Ayah, Ibu tidak seperti itu." Xander merasa sakit mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya "Jika kau tidak ingin meminta maaf pada Tyler dan Skyla maka enyah dari sini!" Edward sudah sangat marah dengan putranya. Xander melihat ke ibunya, tapi ibunya juga bersikap sama seperti ayahnya. Pada akhirnya Xander meninggalkan kediaman orangtuanya. Pria itu memilih untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu baru setelah itu ia akan membuat keputusan. ** "Xander benar-benar b******n!" Richelle menggeram marah. Saat ini ia berada di kamar Skyla, ia menginap di sana malam ini. Jika saja ia ada di kampus hari ini maka ia pasti akan menampar Xander dan mencabik-cabik wajah Zeanne. "Xander jelas bukan laki-laki, bagaimana mungkin ia menyerang wanita. Menyetujui pembatalan pertunangan adalah pilihan yang sangat tepat bagimu." Richelle menambahkan. Skyla sangat sempurna di mata Richelle, jadi sahabatnya berhak mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik dari sampah Xander. Seorang pria yang akan menghargai dan menjaga Skyla dengan baik, bukan peselingkuh seperti Xander. "Baiklah, lupakan tentang sampah itu." Skyla tidak ingin membicarakan tentang Xander lagi. Pria itu sudah bukan siapa-siapanya lagi sekarang. Richelle menganggukan kepalanya. Ia setuju dengan Skyla untuk tidak membicarakan pria i***t seperti Xander. "Skyla, omong-omong bagaimana dengan pria gila yang menghadangmu di bandara waktu itu? Apakah dia masih mengganggumu?" Membahas tentang hal ini juga bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi Skyla, tapi beberapa hal tidak ia beritahukan pada Richelle, jadi tampaknya membahas mengenai Shael perlu dilakukan. "Aku tinggal di kediaman pria itu, hari ini aku menginap di sini karena dia sedang pergi dan baru akan kembali lusa." "Apa maksudmu, Skyla?" Richelle yang cerdas tiba-tiba menjadi kosong. Skyla menghela napas. "Aku setuju untuk menjadi wanitanya." "Skyla, kau serius?" "Aku serius. Pria seperti dia tidak akan berhenti sampai keinginannya tercapai. Penolakanku terhadapnya hanya akan membuatnya semakin penasaran padaku dan berakhir terus menggangguku. Setelah aku menjadi wanitanya, aku yakin dia pasti akan membuangku dengan cepat setelah dia bosan padaku." Skyla menjelaskan. Richelle menatap Skyla dengan khawatir. Ia tidak tahu siapa pria yang sudah disinggung oleh Skyla itu, tapi ia yakin bahwa pria itu sangat berbahaya mengingat bagaimana ia bisa membuat ayah Skyla yang memiliki kekuasaan cukup besar di tangannya berbicara dengan hati-hati terhadap pria itu. "Bagaimana jika pria itu menyakitimu?" Skyla diam sejenak, selama beberapa waktu ia berhadapan dengan Shael, pria itu tidak pernah menyakiti fisiknya. Pria itu hanya terus meminta ciuman darinya. Juga, ia ingat bahwa tadi Shael merawatnya. Ia tidak berharap bahwa pria kejam seperti Shael akan memiliki inisiatif untuk merawat lukanya. "Aku rasa dia mungkin tidak akan menyakitiku, Richelle." "Dia terlihat berbahaya, Skyla. Hari itu di bandara, ayahmu sangat berhati-hati." "Dia adalah pemimpin sebuah kelompok mafia yang ditakuti di benua ini, Richelle." "Astaga, Skyla." Mata Richelle melebar. Mafia saja sudah berbahaya, dan sekarang Skyla berurusan dengan pemimpin mafia. "Skyla, kau harus segera menjauh dari pria itu. Dia pasti memiliki banyak musuh yang ingin membunuhnya. Selain itu, para mafia itu kejam dan mengerikan." "Aku tidak akan pergi. Percuma saja, selama dia masih tertarik padaku, ke mana pun aku pergi dia pasti akan menemukanku." Skyla tidak ingin repot-repot melakukan sesuatu yang berakhir dengan sia-sia. Richelle menatap Skyla dengan tatapan sedih. Dari sekian banyak pria, Skyla harus berhadapan dengan orang yang sangat berbahaya. Tidak hanya pria itu, tapi juga lingkungannya yang berbahaya. "Ini semua karena sampah Alessa." Richelle akhirnya menyalahkan Alessa yang memberikan tantangan pada Skyla. Skyla tahu bahwa ia sangat sial, tapi apa yang terjadi padanya bukan murni karena Alessa. Ia bisa saja menolak Alessa saat itu, tapi ia mengikuti egonya yang tidak akan membiarkan siapapun menang darinya. "Richelle tentang masalah ini kau tidak usah ikut campur." Skyla tidak ingin Richelle terlibat dalam bahaya. Richelle merasa sangat tidak berdaya. Jika orangtua Skyla saja tidak bisa berbuat apa-apa, maka dirinya bisa apa? "Aku mengerti," balas Richelle. "Namun, Skyla, jika terjadi sesuatu kau harus memberitahuku." "Aku akan melakukannya." "Oh benar, omong-omong tentang Alessa, aku mendengar dia dikabarkan hilang." Richelle ingin memberitahu Skyla tentang hal ini, tapi ia selalu lupa karena beberapa hal. Skyla memang tidak melihat Alessa. Sepertinya terakhir kali ia melihat Alessa adalah hari pertama Alessa seharusnya menjadi pelayannya. "Orangtua Alessa telah mencoba mencari keberadaan Alessa dengan dibantu oleh petugas polisi, tapi sampai saat ini wanita itu belum ditemukan. Apakah mungkin dia menghilang karena malu karena tidak menepati janjinya untuk jadi pelayanmu? Atau mungkin dia bunuh diri?" Richelle tampak sedang berpikir. "Jika dia bunuh diri, mayatnya pasti telah ditemukan. Selain itu, Alessa tidak memiliki malu. Dia tidak akan menghilang hanya karena masalah seperti itu." "Jika bukan karena masalah itu lalu kenapa?" "Aku tidak tahu. Aku tidak akan repot mengurusi tentang hal itu." Richelle tahu bahwa sahabatnya bukanlah orang yang tepat jika ingin diajak bergosip. Skyla terlalu acuh tak acuh terhadap sekitarnya. Saat Skyla dan Richelle sedang membicarakan Alessa, di tempat lain saat ini Alessa berhasil melarikan diri. Wanita itu telah disekap di sebuah rumah selama beberapa hari. Dan selama itu juga ia telah mengalami berbagai pelecehan dan siksaan. Di wajahnya saat ini terdapat lebam, bukan hanya itu lengan dan tangannya juga. Penampilannya saat ini benar-benar kacau. Alessa menghentikan sebuah taksi setelah ia berhasil melarikan diri. Ia segera menyebutkan tempat tinggal orangtuanya. Di dalam taksi Alessa mulai merasa begitu lelah. Ia berjuang sangat keras untuk keluar dari tempat penyekapan itu. Di dalam perjalanan wanita itu kehilangan kesadarannya. ** Alessa baru sadarkan diri setelah beberapa jam kemudian. Wanita itu menemukan dirinya berada di rumah sakit. "Ayah, Ibu." Alessa menatap orangtuanya dengan mata berair. Tangis wanita itu kemudian pecah. Orangtua Alessa sangat sedih atas apa yang terjadi pada Alessa. Melihat kondisi Alessa ketika diantar oleh taksi hati mereka teriris. Mereka tidak tahu hal mengerikan apa yang telah dilalui oleh putri mereka. Setelah puas menangis, Alessa berangsur-angsur membaik. "Sayang, apa yang terjadi padamu?" Ayah Alessa bertanya dengan lembut. Alessa tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, bahwa ia diculik oleh kakak gangster yang ia rayu untuk melecehkan Skyla. Pria itu membalas dendam padanya karena ia telah membuat adiknya dipukuli dan harus berbaring di ranjang rumah sakit selama beberapa waktu ke depan karena beberapa tulangnya yang patah. "Aku diculik oleh gangster, Ayah." Alessa kemudian tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Mengingat apa yang telah ia lalui selama beberapa hari terakhir ini memuatnya begitu terguncang. "Ayah, Ibu, hidupku sudah hancur. Aku tidak ingin melanjutkan hidupku lagi." "Alessa, jangan bicara seperti itu." Ibu Alessa menangis, ia sudah mendengar dari dokter tentang kondisi putrinya. Putrinya bukan hanya disiksa, tapi juga diperkosa. "Sayang, tenanglah. Jangan berpikiran seperti itu. Hidupmu harus terus berlanjut." Wanita itu menenangkan putrinya, ia memeluk Alessa dengan air mata yang jatuh dan hati yang kesakitan. Bagaimana mungkin ia bisa membiarkan putrinya menyerah terhadap hidupnya sendiri. "Alessa, tidak ada yang mengetahui tentang hal ini. Ayah akan mengirimmu ke luar negeri. Kau bisa melanjutkan hidupmu di sana tanpa ada orang yang mengenalimu." Ayah Alessa memikirkan solusinya segera. tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN