37. Marahnya Tuan Bumi

1504 Kata

Aku masuk ke dalam kamar masih dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Ini tidak benar. Kenapa lama-lama aku jadi sering malu juga gugup jika berdekatan dengannya. Dan tadi apa yang ingin Tuan Bumi lakukan? Benarkah tadi akan menciumku? Kutepuk kedua pipiku dengan telapak tangan. Berusaha menghalau rasa malu sekaligus gugup yang masih tak kunjung hilang. Posisiku yang masih berdiri bersandar pada pintu, mendadak dipenuhi dengan pemikiran aneh yang merajai hatiku. Buru-buru aku kunci pintu kamar. Takut jikalau Tuan Bumi kembali mendatangiku ke sini. Akan berkata apa aku nanti jika harus bertemu dengannya lagi. Ah, kupikir otak ini sedikit bergeser ke arah kemesuman. Apa iya aku terlalu berlebihan berpikir jika Tuan Bumi menyukaiku dan memang menginginkanku. Jika benar iya bagaimana?

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN