Aku mundur selangkah, Mas Bumi justru ikut maju selangkah. Aku panik dibuatnya. Membalikkan badan ingin segera naik ke atas ranjang. Mengamankan jantung yang berdetak kencang. Namun, belum sempat aku melakukan, Mas Bumi mencekal lenganku. "Sha, tunggu!" Aku diam membelakanginya. Sebenarnya, apa yang dia inginkan. Kenapa auranya sangat berbeda sekali. Bahkan dari omongan yang dia ucapkan, bukan seperti Mas Bumi yang selama ini aku kenal. Ucapan nakal yang berhasil membuat pipi ini merona karenanya. "Saya mau tidur." "Tunggu dulu. Kita harus bicara." "Bicara apa?" Mas Bumi menarik lembut tanganku, membawanya menuju ranjang. "Duduklah." Pinta Mas Bumi ketika dia sudah menjatuhkan p****t di tepian ranjang. Aku menurut. Duduk di sampingnya sedikit menjauh, menjaga jarak darinya. Namun,