41. Yes, Daddy!

1010 Kata

"Maaf. Lidah saya belum terbiasa." "Karena itulah jangan membiasakan diri memanggilku Tuan. Aku ini suamimu. Bukan tuanmu." "I-iya, Daddy," ucapku lirih. Melepas cekalan tangannya dan berlalu meninggalkan ruang makan dengan wajah memerah menahan rasa malu. Apalagi ketika telinga ini menangkap perkataan yang beliau lontarkan. "Berasa punya anak lagi jika begini." Ingin sekali tawa ini terlepas. Namun, aku tahan. Rasanya memang aneh, aku yang istrinya serasa anak perempuannya. Segera aku membuatkan kopi kesukaannya, agar Tuan Bumi tidak terlalu lama menungguku di meja makan. Apalagi beliau harus segera pergi ke bandara. Secangkir kopi hitam aku bawa ke ruang makan. Setelah meletakkan di hadapan Tuan Bumi, aku meraih piring dan mengisinya dengan nasi goreng hasil buatan tanganku. "Teri

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN