Kamu itu istriku. Bukan pembantuku. Kata-kata yang masih saja terngiang di dalam ingatan. Kugeleng-gelengkan kepala sembari menepuk-nepuk kedua pipiku. Benarkah semalam itu nyata, atau hanya mimpi belaka. Betapa aku tidak terbawa suasana juga terpesona jika mendapat perlakuan sedemikian baik dari seorang pria. Aku ini hanyalah gadis belia yang baru beranjak dewasa. Diperlakukan semanis itu oleh Tuan Bumi tentu saja melambungkan hatiku. Tak mengelak akan pesona lelaki yang resmi menikahiku sehari lalu. Dari segi umur memang rasanya sangat mustahil jika kami bisa menikah dan akan menjalani kehidupan pernikahan normal pada umumnya. Benar juga apa yang Tuan Bumi sampaikan jika aku ini lebih kayak dijadikan sebagai anak ketimbang seorang istri. Aku sendiri pun tak paham bagaimana perasaan T