Uh, enak bener. Ena-ena nggak ada yang gangguin, batin Ashar senang. Di dekapnya Vita semakin dalam ke dalam rengkuhannya. Wanitanya. Bolehkah Ashar mengatakan itu? Boleh dong kan bini sendiri. Kalau punya orang nah baru nggak.
Haram hukumnya.. nanti bisa masuk neraka.
Vita..
Wanita yang secara sadar membangkitkan hasratnya untuk ia miliki seorang. Wanita yang tiba-tiba hadir dan membuatnya kalang kabut. Wanita yang membuatnya cemburu karena menjemputnya dengan membawa lelaki lain. Wanita pemberani yang memakinya di saat dia salah. Ah, istrinya yang paling nomer satu karena Ashar nggak mungkin menukar tambah di online shop manapun. Vitanya.
"I love you Sayang." ucap Ashar mencium kening Vita. Wanitanya tertidur lelap setelah percintaan panas yang ia berikan.
Kalau tau enaknya punya pasangan kaya begini, dari dulu Ashar mau di jodohin deh. Nggak pake kabur dan kekeuh mertahanin cintanya buat si Uti dulu.
Dibelainya rambut Vita. Pikirnya istrinya cantik banget kalau pas lagi tidur gini, nggak serem kaya pas ngamuk. Gimanapun Vita, Ashar siap nerima kok, walaupun Vita galaknya nanti ngelebihin si Icha, istrinya si Brandon yang kayak lampir.
"Jangan tinggalin aku ya Sayangku." Pinta Ashar berharap Vita tak akan pernah lelah menghadapi kelakuan minusnya sebagai mansusia.
Ashar lalu ikut memejamkan mata.
*
Ashar tersenyum, menyandarkan dirinya di dinding dapur sambil mengamati Vita yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya. Tumben sekali istrinya bangun dan menyiapkan keperluannya. Dari baju hingga sepatu yang ia pakai untuk ke kampus nanti. Selera isrinya tidak buruk juga. Ashar cukup menyenangi apa yang dipilihkan istrinya untuknya.
"Mas udah bangun?" tanya Vita menglihkan pandangannya ketika meletakkan piring ke atas meja untuk lauk mereka sarapan.
"Udah, makasih ya pakaiannya." kata Ashar berjalan pelan sembari mempertahankan senyuman dibibirnya.
"Mas mau aku ambilin lauk apa?"
Eh, kok beneran beda. Jangan-jangan semalem pas nungging dia kepetok tembok apa gimana sih, takut Ashar. Pasalnya perubahan Via begitu mendadak. Jangan-jangan umur istrinya pendek lagi.
"Mas sini duduk. Aku ambilin sarapannya. Bentar aku buat s**u dulu buat Mas ya." ujar Vita lalu melangkah ke arah kitchen set untuk mengambil gelas.
"Vit, kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Ashar panik.
Nggak usar heran. Ya emang cuman Ashar, kalau dibaikin istrinya paniknya bukan main. Berasa istrinya mau mati aja. Heran digalakin salah, dibaikin heboh. Maunya apa coba nih si Ashar.
"Aku baik Mas." Balas Vita tersenyum membalikkan tubuhnya untuk melihat ke arah suaminya.
Aduh, Abang memeleh dek liat senyumnya.
"Mas mau pake lauk apa jadinya?" tanya Vita ketika menuangkan nasi dipiring Ashar. Hal ini membuat Ashar semakin menganga karena heran. Untung suami dari Vita itu tidak terkena gagal jantung karena syok. Bisa runyam dunia persilatan kehilangan pahlawan aneh mereka.
"Mas! “ tanya Vita lagi karena Ashar tak kunjung memberikan respon.
"Apa aja dek, apa aja yang adek kasih Abang makan." ucapnya spontan membuat Vita menggelengkan kepalanya.
"Nih, dihabisin ya Mas." pesan Vita. Ashar segera menganggukan kepalanya. Ketika ia hendak menyuapkan sendok ke mulutnya ia menurunkannya kembali ketika melihat Vita tersenyum ke arahnya. Jangan-jangan gue diracun lagi biar dia jadi janda, ucapnya dalam hati. Negatif thinking adalah keahlian lain Ashar.
"Nggak aku racun Mas. Nih aku makan duluan kalau nggak percaya deh." kata Vita lalu menyuapkan makanan ke mulutnya membuat Ashar merasa bersalah. Vita seolah tahu isi kepala Ashar.
Mereka makan dengan diam. Ashar jadi nggak enak sendiri sempat berpikiran buruk pada Vita yang sudah susah-susah menyiapkan sarapan untuknya. Padahal istrinya itu juga ada jadwal kuliah pagi sepertinya.
Saat Vita membawa piringnya ke tempat cuci piring. Ashar ikut bangkit mengikuti langkah Vita. Dipelukknya Vita dari belakang. Kepalanya dia benamkan di ceruk leher Vita, mengecupnya pelan disana. "Makasih Sayang." ucap Ashar membuat Vita mengangguk dan berbalik menghadap Ashar.
"Sama-sama, dan I love too Mas Magrib." bisik Vita. Karena yang Ashar tidak tahu, bahwa semalam Vita masih terjaga dan mendengar ucapan cinta Ashar. Wanita itu bahkan menunggu suaminya untuk terlelap demi mengeratkan pelukkannya ke tubuh Ashar.
"I love you too Mas."
Karena disebelah mana?! Gue mau skip bentar. Aaaaa... Duh indahnya dunia kalau penuh cinta.
**
Willy, Brandon, dan Ridho bergidik saat melihat temannya seperti orang gila anyaran . Gimana mereka tidak berpikir bahwa Ashar kehilangan kewarasan, masih sepagi ini dan anak itu sudah senyum-senyum sendiri tidak jelas. Mana matanya menerawang entah kemana lagi.
"Toha, lo abis nonton film bokep ya?" tanya Brandon sedikit menjauh. Bisa ikutan gila nanti Arsen yang ada dalam gendongannya.
"Eh, enggak." jawab Ashar menggeleng lalu tersenyum pada Brandon, membuat Willy dan Ridho semakin bergidik ngeri.
"Salah makan kali ini anak Bran." ucap Ridho ikutan menjauh.
"Makanan gue enak kok tadi pagi." Balas Ashar cepat. Lidahnya saja masih bisa ngerasain masakan Vita yang aduhai...
Oh, My God. Teman-temannya ini sungguh tega. Dia kan lagi bahagia tingkat dewa. Masa nggak ada yang ngerti sih. Pipinya aja udah merah-merah karena mengingat perlakuan Vita tadi pagi.
"Astaga dragon! Ashar sadat Nak, sadar!" sembur Willy dengan air mineral yang baru ia teguk dari botolnya.
"Anjir jigong lo anying." Maki Ashar membuat teman-temannya mengucapkan serangkaian puji syukur karena arwah Ashar sudah kembali ke dalam jasadnya.
"Nah, udah bisa deket-deket kita." ucap Ridho kembali mendekat ke arah Ashar.
"Sialan! Nggak bisa liat orang seneng aja lo pada Nyet." ucapnya kesal. Hilang sudah aura kebahagiaannya. Lenyap sudah! Berganti dengan rasa kesal dan segala umpatan yang bersarang dibenaknya.
“Ada anak gue dodol! Nanti ikutan sesat kalau denger kata mutiara lo!” peringat Brandon membuat Ashar seketika bungkam. Ia masih sangat sayang nyawa.
***
Vita berjalan ke arah mobil Ashar yang terparkir. Disampingnya suaminya tengah bersandar disana dengan wajah yang ditekuk. Penasaran, Vita semakin mendekat dan memberikan senyum yang membuat Ashar segera mengubah mimik wajahnya.
"Mas kenapa? Kok kaya kesel gitu?" tanya Vita setelah mereka ada di dalam mobil.
"Mas emang kesel tahu." curhat Ashar. Eh, sejak kapan Ashar doyan mencurahkan hati. Sejak punya Vita kali ya. Beruntung banget punya Vita, jadi ada tempat menumpahkan segala perasaan geratis dia.
"Itu anak-anak bikin bahagia Mas ilang aja, kan jadinya aku sebel Yang."
Vita hanya menggelengkan kepalanya. Ashar dan teman-temannya, mana bisa Vita mengerti orang mereka absurd semua. "Ya udah sekarang anter aku belanja aja gimana buat makan malem nanti, aku pengen masakin Mas lagi. Biar para Mbak libur aja."
Swiiing, bagai mendapat angin segar dari Ancol, rambut Ashar berkibas. Dikibasin sendiri sih sebenernya saking senengnnya denger Vita mau masakin dia. "Bener ya, yaudah kita langsung aja." pekiknya saking antusiasnya..
Memiliki istri ternyata ada gunanya. Nggak perlu lagi Ashar dateng ke klinik Tong Pang Syang demi memperbaiki mood.