16

1354 Kata
"Mas mau makan apa?" tanya Vita berhenti di depan rak sayur dan buah yang memang ditempatkan di dalam lemari pendingin, berbentuk rak agar selalu terjamin kualitasnya. "Apa aja Sayang. Apapun yang kamu masak aku makan, kecuali jeroan. Aku nggak doyan. Aneh rasanya..” Vita menggelengkan kepalanya. Itu namanya bukan semua yang ia masak, kalau ada yang masih nggak suaminya doyan, "Huu berarti nggak semuanya Mas, ada kecualinya gitu!" protes Vita membuat Ashar terkekeh. "Em, sayur deh. Udah lama Mas nggak makan sayur." pintanya pada Vita. "Oke, sama ikan ya. Nanti aku goreng aja. Oh, iya belanja bulanan juga Mas sekalian." Ashar mengacak rambut Vita. Seneng deh, bisa belanja sendiri begini nggak cuman ngintilin si Brandon sama si Icha kalau belanja bulanan buat apart mereka. "Buah Sayang." Ashar berhenti saat mereka melewati buah kesukaan Ashar. "Iya Mas." jawab Vita lalu mengambil apel dan melon kesukaan Ashar. Keduanya lantas menuju rak makanan ringan. Karena biasanya Ashar akan menghabiskan malam minggunya dirumah menemani Vita menonton drama Korea yang sedang populer saat ini. "Ini boleh Mas?" Vita mengangkat satu kotak permen coklat meminta persetujuan Ashar. "Boleh Sayang, ambil aja." kata Ashar yang tengah memasukan aneka keripik kentang ke troli belanjaan mereka. "Kak Ashar." sapa seseorang ketika Ashar dan Vita hendak menuju kasir. Vita langsung mendengus sebal mengetaui siapa gerangan yang membuat moodnya tiba-tiba memburuk. Wanita ini lagi, bikin muak lama-lama. Ashar yang melihat tampang muram Vita, hanya mengangguk membalas sapaan Uti. Bisa ngamuk nanti istrinya kalau dia nanggepin si Uti banyak-banyak. "Kakak belanja?" tanya Uti mencoba ramah. "Hai Vita." sapa Uti ke arah Vita. Vita hanya tersenyum sekilas, tak mau memberi jawaban karena tanpa perlu mengucap pun, harusnya Uti tahu kenapa mereka ada disini. "Iya Uti, Gue duluan ya Ti. Kasihan istri Gue capek dari tadi udah muter-muter." kata Ashar lalu menggandeng Vita kembali. "Senyum Sayang, kan Mas nggak nanggepin. Tenang aja, Mas cintanya sama adek doang." bisik Ashar membuat Vita menundukkan kepala malu. "Loh, malah nunduk gini. Senyumnya mana?" tanya Ashar. Vita mengadahkan kepalanya. Lalu memberi Ashar senyuman hangat. "Cantiknya istri Mas." Puji Ashar Magrib. "Mass... Malu diliatin orang." kesal Vita mencubit pinggang Ashar membuat Ashar tertawa kecil lalu merangkul istrinya. “Kita bayar terus langsung pulang ya, Sayang.” Manisnya buaya jaman sekarang, Vita yang galak saja sampai terkesima. DI DAPUR RUMAH MEREKA, Ashar memandangi Vita yang terampil memotong aneka sayur-sayuran. Istrinya jago memasak, Ashar tahu itu. Sudah beberapa kali lidahnya disuguhi dengan makanan lezat oleh sang istri, yang Ashar tidak tahu adalah istrinya yang terlihat begitu cantik meski tengah memegang pisau dapur sekalipun. "Mas, udah dong sana ke kamar. Akunya nggak konsen Mas." rajuk Vita meletakkan pisau yang berada ditangannya ke atas talenan. Ashar terkekeh pelan. Ia melangkahkan kakinya mendekati Vita. Dipeluknya Vita dari belakang. "Kamu cantik kalau lagi masak gini  Sayang." Lagi-lagi Vita menunduk, ia malu. Pipinya merona mendengar pujian sang suami yang menurutnya hanyalah sebuah gombalan belaka itu. "Ngerayunya bisa aja. Lepas dong katanya laper." rengek Vita. Ia gugup. "Iya aku laper Vit." Ashar lalu mengecup batang leher Vita. "Ya udah lepasin makanya Mas." Vita menggeliatkan tubuhnya. Bulu kuduknya merinding merasakan bibir hangat Ashar yang mulai menciumi tengkuknya. "Aku laper, pengen makan kamu." bisik Ashar mesra ditelinga Vita. "Mas." teriak Vita kaget karena Ashar mengangkat tubuhnya. "Mas aku mau masak. Sumpah ya, kamu jangan aneh-aneh dong, Mas!" kesal Vita memukuli d**a Ashar. "Nanti aja, kalau nggak biar dilanjutin sama Mbak. Aku udah nggak bisa nahan laper yang ini." kata Ashar tanpa malu melewati asisten rumah tangganya. Vita yang kepalang malu menelusupkan kepalanya didada Asahar, membuat Ashar tersenyum senang. Ashar membaringkan tubuh Vita ke ranjang. Ashar terkekeh saat Vita menutup wajah cantiknya dengan kedua tangannya. Ah, menggemaskan sekali istrinya ketika malu-malu seperti ini. "Gemesin deh." kata Ashar mencubit pipi Vita setelah menyingkirkan tangan istrinya. "Mas, malu beneran Ya Tuhan, Mas." rengek Vita menutup wajahnya kembali membuat Asahr terbahak. Ashar merebahkan dirinya disamping Vita. Memeluk tubuh Vita dengan erat. "Kamu istirahat, biar mereka yang masak. Kamu capekkan abis kuliah terus belanja. Nanti malah sakit Sayang." Ashar mengecup kening Vita lama membuat jantung Vita berdetak cepat. "Bikin adeknya ditunda dulu, sekarang istri Mas yang cantik ini harus bobok dulu sebelum makan. Oke." "Pejamin mata Sayang." Pintanya sembari mengusap-usap punggung Vita. Setelah Vita terlelap dalam tidurnya. Ashar melangkahkan kakinya ke arah meja rias Vita. Dimeja itu semua terisi perlengkapan kecantikan Vita. Sedangkan bagiannya hanya terselip sedikit dibagian pojokan, untuk menaruh deodorant, parfume dan lotion untuknya. Ah, pomed jangan lupa. ‘Sayang istri, Sayang Vita,’ batin Ashar. Disambarnya lotion milik Vita yang katanya aman, dan khusus untuk kulit sensitif. Secarakan adiknya ini emang paling sensitif, tegangnya aja cuman kalau disentuh Vita saja. Demi istri biar bisa istirahat deh Shar. Sabar maen sendiri dulu. Desah Ashar lalu menutup pelan pintu kamar mandi dikamarnya dengan pelan. Jangan sampai pergerakannya membangunkan Vita. Kasihan istrinya, ngurus dia iya, jadi mahasiswi baru iya. Selesai menenangkan raungan sang adik yang sialnya malah bangun lagi melihat istrinya yang terlelap, Ashar membaringkan tubuhnya dan membawa Vita ke dalam dekapnya. "Sayang, walaupun kamu galak. Gak papa deh, Mas udah Sayang dan Cinta banget sama kamu. Jangan pernah tinggalin Mas ya Vit." bisik Ashar lalu mencium kening Vita sebelum ia mencoba memejamkan matanya. VITA MERABA sisi ranjang disebelahnya. Kosong! Kemana suaminya sepagi ini. Vita mendudukan dirinya. Tangannya bergerak menggapai-gapai sesuatu dimeja samping ranjang. Ketemu! Setelah menemukan ikat rambutnya. Vita mengambil rambut panjangnya dan mengikat menjadi satu bagian. Kakinya melangkah mendekati wastafel. Dibasuh wajahnya agar kantuk yang menderanya menghilang. Setelah merasa segar karena dinginnya air keran, Vita segera melangkahkan kakinya keluar kamar. Baru saja Vita menutup pintu kamarnya, suara berisik dari arah dapur membuat rasa penasarannya muncul. "Mbak Surti lagi ngomong sama siapa sih?" tanya Vita pada dirinya sendiri. Vita menggelengkan kepalanya sembari menyandarkan tubuhnya dipintu dapur. Disana, ada Ashar yang memakai celana pendek serta kaus berwarna abu-abu. Suaminya yang mendadak romantis.. Romantis loh ya, bukan mendadak dangdut itu tengah beradu mulut dengan salah satu asisten rumah tangga dirumah mereka. "Mas, mending Mas pergi deh. Mbak aja yang buat Mas. Nanti kebakaran ini dapur Mas." Vita bisa melihat raut kesal diwajah Mbak Surti. Di depan Mbak Surti, wajah suaminya itu juga tak kalah kesal, tangannya bahkan menunjuk-nunjuk Mbak Surti meski bukan tak langsung ke muka sang asisten rumah tangga. "Mbak, Saya tuh mau buatin istri Saya nasi goreng. Masa gitu aja bikin dapur kebakaran sih." sanggah Ashar lalu berkacak pinggang. "Mas, ini percobaan ke berapa loh udah. Tuh Mas liat, teplonnya Surti udah gosong tiga Mas. Nah, yang ini ke empat. Mas, udah deh Mas, Surti aja yang buat nasi gorengnya." "Nggak ya Mbak, Saya aja. Kalau Saya yang bikin itu penuh cinta." erang tak mau kalah. Ini pada kenapa sih, pagi-pagi suaminya adu mulut timbang buat nasi goreng buat sarapan aja. "Mas, penuh cinta sih penuh cinta. Tapi kalau gosongnya kaya terakhir angus dapur Surti Mas." Hadeh, kalau nggak ditengahin bisa terjadi bacok membacok ini lama-lama. "Mas." Ashar membalikkan tubuhnya kesamping dengan cepat, saat mendengar suara surga menggelitik gendang telingannya. "Loh, Vit kok udah bangun?" Lah! Disuruh tidur terus gitu si Vita? Mati dong. "Tadi aku cariin Mas, Masnya malah di dapur Mas." kata Vita berjalan mendekat semakin memasuki dapur. Surti menghembuskan nafasnya lega, saat istri majikannya itu sudah bangun. Bisa kebakaran beneran lama-lama kalau si tuan ini terus mengrusuhi dapurnya. "Aku mau bikin nasi goreng loh buat kamu." kata Ashar membanggakan dirinya. Surti menggelengkan kepalanya berulang kali, hampir saja Vita tertawa melihat tingkah Surti. "Mas, mandi deh. Vita pengen makan bakso Mas." kata Vita membuat binar dimata Surti menyala terang seperti petromaks dilautan lepas. "Eh- Bakso Yang? Oke deh, nggak usah mandi kita ganti aja. Nanti kamu keburu laper." Ashar lalu menarik tangan Vita pelan. "Mas, Mas... Nasi goreng gosongnya ini gimana?" teriak Surti sembari menjunjukkan sebaskom nasi goreng berwarna hitam ke arah Ashar dan Vita yang menghentikan langkah mereka karena mendengar teriakan si Surti. "Buat sarapan Mbak aja, Ashar ikhlas penuh cinta itu." ucapan Ashar kontan mendapat banakan dari Vita. Surti? Jangan tanya, asisten rumah tangga Ashar yang terkenal cerewet itu sudah mengumpat di dalam hati. Kalau tidak ingat gaji bulanannya untuk orang dikampung, sudah Surti maki itu Den Asharnya. "Cinta bapakknya itu." gerutu Surti pelan.        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN