Ashar membawa kekasih hatinya untuk mencari keberadaan tukang bakso. Pagi-pagi gini dimana ya cari pentolan daging bulat-bulat berbalutkan tepung terigu itu? Tumbenan kan bidadari surganya minta-minta.
Eh- Kok kayak pengemis, minta-minta? Intinya istrinya jarang meminta dibeli-belikan. Saking mandiri secaea jiwa raga, Vita seolah tak mengganggap keberadaannya. Untuk itu, pasti akan Ashar kabulkan.
"Sayang, kamu mau bakso apa? Tapi jam segini apa udah ada yang jualan ya?" tanya Ashar mengalihkan pandangannya dari jalanan ke arah sang istri yang malah sibuk bermain ponsel.
"Yang!” tegur Ashar tak terima. Bisa-bisanya ia yang tampan kalah saing sama papan calling-calling. “Ditanyain loh malah asik sendiri!” lembut, Ashar masih sayang nyawa.
"Eh.. Iya Mas, gimana?" tanya Vita balik. Sedari tadi ia tengah membalas pesan dari Mamanya yang sekaligus merangkap menjadi ibu mertuanya itu.
"Kamu nggak dengerin Mas dari tadi? Mas ngomong loh. Bukan ngoceh nggak jelas!” Vita memutar bola matanya. Ngoceh sama ngomong bedanya dimana ya, pikir wanita itu.
"Mas..” panggil Vita. Ia membasahi bibirnya, “nggak jadi bakso aja. Mendadak Vita pengen makan rujak cingur aja deh. Kok kayaknya lebih enak ya Mas,” Vita tidak sedang melemparkan pertanyaan, ia memberitahu keinginannya pada sang suami.
Cobaan macam apa ini? Mana ada rujak cingur pagi-pagi begini, desah Ashar dalam hati.
Tidak ingin mengecewakan wanita tercintanya, Ashar mengangguk, senyumnya merekah walau sejujurnya mengumpat habis-habisa. Tangan kirinya ia letakkan dipuncak kepala Vita, yang lagi-lagi asik dengan ponsel pipihnya. Ashar mengusap sayang rambut sang istri. Meski kesal diabaikan, tapi Ashar merasa beruntung karena nyatanya Vita adalah wanita yang setia padanya. "Ya udah. Kita cari ya, kalau misalnya rujak cingurnya nggak ketemu, kita makan yang lain ya Sayang." coba Ashar memberi pengertian pada istrinya.
Sedia payung sebelum hujan! Jangan sampai masa depannya terancam punah karena makanan buruang tak berhasil ia kantongi.
"Iya Mas.. Cari yang lain aja, nanti aku mikir. Aku lagi chatingan sama Mamah nih." ujar Vita memberi tahu Ashar.
Tuh, kan! Apa Ashar bilang! Vitanya nggak mungkin selingkuh. Dibilang Vita setia banget sama dia. Vita kan udah klepek-klepek, kebius pesona anti badainya yang water proof.
"Mama?" beo Ashar sembari mengangkat alisnya satu. Ashar kembali memalingkan pandangannya ke arah sang istri. Mumpung jalanan lenggang. Lumayan bisa lihat senyum indah istrinya. Biasanyakan istrinya kan garang, sebelas dua belas sama si Icha, bininya Brandon yang sinting itu.
"Iya Mas. Mama. Mama sama Papah mau ke Jakarta katanya.”
"Hah?! Mau ngapain?" pekik Ashar kaget. Bisa rame rumahnya kalau Mama Papanya pulang ke Jakarta. Secara, orang tuanya hebohnya ngalahin ibu-ibu jualan di pasar kaget.
"Kok kaya nggak seneng gitu sih Mas?" Vita mengerucutkan bibirnya. Bukannya senang, orang tua mau menengok mereka, ini suaminya malah terlihat syok begitu. Anak durhaka memang Ashar Magrib.
"Nggak gitu Yang. Iya deh, nih Mas senyum nih. Jangan cemberut gitu dong. Nanti nggak cantik lagi loh cintanya Mas." Vita memukul lengan Ashar saat suaminya itu menggombal. Pipinya merona karena malu. "Mas, jangan jahil deh." ambek Vita membuat Ashar langsung terkekeh karena gemas.
"Mas, mau itu aja Mas." ujar Vita menunjuk tukang soto pinggir jalan. Ashar menyerngitkan alisnya- Beneran bini gue mau makan pinggir jalan kaya gitu? tanya-nya dalam hati.
"Mas, mau soto tadi Mas. Soto daging tadi itu. Pengen banget!” ucap Vita merengek, sembari menggoncangkan lengan kiri Ashar.
"Beneran Yang?" tanya Ashar sekali lagi untuk memastikan, "pinggir jalan loh itu. Debuan nanti kamu. Pilek bisa-bisa, Sayang.”
"Mas is, kenapa sih! Keliatannya enak itu! Bapaknya rame gitu, pasti rasanya numero uno,” bebal Vita. “Balik lagi ya, makan di sana aja, Please!" rengek Vita agar Ashar mau menuruti keinginannya.
Beda banget ya Allah, bini gue sama Uti. SI uti boro-boro mau diajak makan pinggir jalan. Yang panas lah, debuan lah, nggak higent lah, racau Ashar membantin, membandingkan-bandingan Vita dengan Uti, wanita masa lalunya.
Vit, kamu bikin Mas tambah cinta kalau gini, Sayang. Astaga! Wanita idaman!
"Mas Ashar!" bentak Vita karena melihat Ashar yang terdiam memandangi jalanan di depan mereka. "Mas, mau kan puter arah?!” ia tidak akan pernah berhenti sebelum Ashar menuruti keinginannya.
"Iya Sayangnya Mas, kita makan disitu. Kita cari puteran ya." jawab Ashar membuat Vita senang. Vita menghadiahi Ashar dengan kecupan dipipinya.
"Bibirnya enggak Yang?" goda Ashar membuat Vita melayangkan kepalan tangannya ke udara.
"Bercanda Sayangku." kekeh Ashar.
PRIA BERNAMA LENGKAP ASHAR MAGRIB itu mengeram, merasa sebal saat bel pintu rumahnya berbunyi tanpa henti. Nggak sopan banget yang mencet, batin Ashar. Lagian pergi kemana lagi dua asisten rumah tangganya. Masa sore-sore begini pada kelayapan aja kaya Bang Toyib sih. Istri cantiknya juga tidak terlihat, pada kompakkan apa gimana itu cibi-cibi di rumah.
Ting.. Tong..
"Iyaaaa! Sabar woiiiii! Gue lagi jalan!” teriak Ashar sembari berlari kecil menuju pintu utama rumahnya, “siapa sih!” sentak Ashar. "Mamah, Pah." kaget Ashar saat melihat kedua orang tuanya berdiri di depan wajahnya.
"Vita mana Vita?" tanya sang Mama mendorong tubuh Ashar hingga mundur beberapa langkah ke dalam rumahnya.
Beneran dateng, Gila! Mana nggak Assalamualaikum! Ngidam apa neneknya dulu brojol anak nggak sopan begini! "Mah, anaknya ini! Vita mulu perasaan." gerutu Ashar. Padahal kalau ada Vita mana berani dia ngomong kayak barusan. Nyali Ashar tidak sebesar itu pemirsa.. Maaf-maaf saja! Sayang istri!
"Ih.. Siapa kamu?! Nggak kenal!” cibir Mama Ashar. “Vitanya mana? Mama nggak sabar pengen elus perut mantu Mama. Pengen elus cucu Mama." Ashar melongo. Mamanya ini halusinasi tingkat tinggi apa gimana sih, dateng-dateng tiba-tiba omongannya ngawur begini. Jangan-jangan otaknya lumer lagi tersengat matahari Jakarta. Tapikan ini udah sore ya? Mana mendung lagi!
"Shar, anak kesayangan Papah mana?" Ini lagi satu- bahu Ashar semakin merosot. Sepertinya ia adalah anak yang tidak dirindukan.
Ashar yang kesal dengan kelakuan kedua orang tuanya lantas memiliki niatan ingin kabur saja. Dari pada ikutan halu nanti dia. Nggak lucu kan kalau orang gila di rumahnya nambah satu orang. Namun belum sempat Ashar membalikkan tubuhnya, Ashar terlonjak kaget memegangi d**a. Jantungnya mau copot melihat sang istri yang sangat cantik dengan riasan naturalnya.
"Halooo Papaaaaah, adek ada disini!" riang Vita menghampiri Ashar. Wanita membawa tangan Ashar ke perutnya.
"Yang, kamu hamil Yang?" tanya Ashar dengan nada yang cukup keras. Kedua asisten rumah tangganya tersenyum haru. Sedangkan Vita mengangguk menanggapi pertanyaan Vita.
"Yang, aaaaa Yang. Makasih Yang. Makasih." teriak Ashar gembira. Ashar segera mengecup kening Vita, membawa istrinya itu ke dalam pelukkan hangatnya. "Mas sayang kamu, cinta kamu. Makasih udah mau hamil anak Mas Sayang. Makasih." Pria itu terisak karena saking bahagianya.
Gue mau jadi Bapak, huhuhu..