Ashar memberenggut kesal sembari memegangi pinggangnya yang Vita tendang semalam. Ia tidak menyangka istrinya itu benar-benar jenis wanita beringas yang brutal dalam menyampaikan luapan emosi. Bukannya malam pertama, Ashar justru menjadi samsak dan bola tendang wanita itu, sungguh terlalu sekali istrinya itu. Banyak-banyak nyebut deh Ashar punya istri macam Vita ini.
"Sakit Vit." eluh Ashar, menatap Vita yang masih asik dengan sepotong sandwich daging ditangannya. Wanita itu tak memperdulikan Ashar dengan kesakitannya.
"Argg... Badan gue." ujar Ashar sedikit keras, sengaja agar istrinya itu merasa bersalah padanya.
"Makanya jangan rese lo jadi orang." kesal Vita mulai mau menanggapi erangan kesakitan Ashar.
"Kan gue cuman mindahin lo Vit, masa kita suami istri tapi tidurnya pisahan. Apa kata dunia Vit? Apa?" tanya Ashar alay. Mendramatisir keadaan memang keahlian terpendam Ashar.
"Dunia nggak bisa ngomong, Grib."
"Shar!" pelotot Ashar tidak terima jika nama belakangnya lah yang disebut oleh wanita itu.
"Sama aja." kilah Vita membuat Ashar mengeram dalam hatinya. Enak saja, kalau si Vita manggilnya Magrib pas Kakeknya masih hidup, nengok tuh orang, batin Ashar emosi.
Ya Allah Kek.. Maafin Ashar Kek. Ashar khilaf. Tolong jangan kutuk Ashar dari atas sana ya Kek, Ashar cuman ngomong kenyataan kalau kakek bakalan nengok kalau ada cewek cantik yang manggil..
Astaugrifullah...
"Bedain.. Nggak ada main sama-samaan." Vita jelas memutar bola matanya malas mendengar bentuk protes Ashar yang menurutnya tidak penting itu.
"Lo kuliah bareng gue ya Vit, nggak usah sok mau berangkat sendiri." Vita mengangguk. Ya iyalah, bareng Ashar. Kalau nggak bareng, mana tahu dia kampusnya sebelah mana coba. Minta disambit emang suaminya ini.
"Gue tunggu depan ya. Gue pagi-pagi nggak biasa sarapan soalnya.
Hoaamm...
Vita menguap lebar. Nggak biasa sarapan? Hoohin ajalah. Kalau tuh anak nggak biasa sarapan terus yang dicomot dan dimasukin ke dalam mulutnya barusan mau pergi, apa coba? Batu?
Tabahkanlah Vita Tuham dalam menerima cobaan yang berat ini, batin Vita sembari melanjutkan acara sarapannya yang sempat terhenti oleh manusia yang sungguh tidak berbobot itu.
***
Happy? Jangan tanya.
Bangga? Iyalah, udah nggak jomblo, mana langsung dapet yang halal lagi.
Pengen begaya? Yoa, mamen!
Pagi ini adalah pagi dalam ribuan hari Ashar yang paling-paling membahagiakan. Dimana pada akhirnya ada seorang wanita yang berstatuskan 'milik nya' duduk disamping dirinya mengemudi untuk berangkat bersama ke kampus.
"Akhirnya, ya Allaaaahhhhh..." teriak Ashar, keras, sembari memukul roda kemudinya.
"Berisik!" hardik Vita membuat Ashar memamerkan deretan gigi depannya ke arah sang istri, "happy gue tuh, Vit. Akhirnya berangkat ke kampus sama pasangan. Berakhir sudah masa jomblokuh."
"Alay.." dengus Vita.
"Dengerin lagu aja ya, Yang." Sebuah lagu dari Dua Lipa Ashar putar untuk menemani pagi ke duanya. Vita sampai geleng-geleng kepala sendiri melihat tingkah Ashar yang kelewat absurd itu.
"Dan, sampaaaiii, baybeehhh." Sabar, sabar, batin Vita.
"Gue bukain." kata Ashar menahan lengan Vita saat wanita itu ingin membuka pintu mobil milik Ashar. Dengan berbunga-bunga Ashar turun dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Vita. "silahkan, My Queen." kata Ashar mempersilahkan Vita.
"Wetss, siapa tuh yang sama Ashar?" anak-anak yang tengah nongkrong diparkiran fakultas Ashar bergosip ria. Jika kebanyakan anak bergosip adalah wanita, lain halnya kali ini karena kebanyakan anak yang nongkrong cantik di atas sepeda motor atau kab mobil mereka berjenis kelamin laki-laki.
"Pacarnya kali." celetuk salah satu anak berkaos hitam.
"Nggak mungkin, dia kan ngejar cewek gue, si Uti." dengus James memandang sebal ke arah Ashar dan Vita.
"Terus siapanya?" James mengedikkan bahunya acuh, menjawab pertanyaan salah satu temannya.
Vita menggelengkan kepalanya saat Ashar memelototi setiap anak laki-laki yang melihat ke arahnya
"Yang, santai. Mereka cuman iri. Maklum aku kan ganteng." Vita memutar kedua bsola matanya malas. Dipandanginya Ashar dari bawah sampai atas.
Oh My Goddess... Vita baru sadar kalau dia sudah menikahi seorang laki-laki, hem, boleh sebut ke Korea-an nggak? Gayanya benar-benar mirip salah satu anggipa boyband Korea, hanya saja, please! Ini di kampus! Nggak cocok bergaya seperti itu.
"Ingat... Ingattt... Vita Sayang. Ehem.. Vita Magrib.. Eh, gak enak banget aelah." gerutu Ashar membuat Vita menghembuskan nafasnya, mulai lelah dengan tingkah laki-laki itu.
"Vita, jangan lirik cowok lain. Ingat kewajiban kamu sebagai apa, oke." Ashar memberikan petuahnya. Vita tentu saja manggut-manggut mengerti, ''ngerti kok, ngerti! Sebagai mahasiswi yang baik aku harus serius." kata Vita, membuat Ashar ingin pingsan ditempatnya berdiri saat ini.
"Ngeselin ya ini cewek. Untung bini gue lo." kesal Ashar.
"Eh ngatain gue. Gue bilangin Mama ya." ancam Vita.
"Iya.. Iya gitu aja ngadu. Tukang adu lo." toyor Ashar, membuat Vita melayangkan tangannya ke kepala Ashar.
Plaakk...
"Auhh." berbarengan dengan suara mengaduh Ashar, anak-anak yang sedang menggosipkan pasangan ini melongo takjub melihat perlakuan Vita ke Ashar, apalagi James yang tersenyum. Laki-laki itu entah mengapa menaruh perhatian pada keberanian wanita itu.
"Tuh kan gak mungkin cewek si Ashar ngegaplok dia gitu." kata James masih dengan senyum menghiasi bibirnya.
"Iya bener nggak mungkin."
"Kasihan ya Ashar."
"Jangan-jangan dia beneran homo sama si Ridho lagi."
"Kali." gidik James sembari jarinya mereject telepon dari Uti. Sekarang Uti tak lagi terlihat menarik dimata James. Ada barang buruan lebih oke dan menantang.