9

1061 Kata
"Vitaaaaaa!!!" Ashar mengepalkan tangannya ke udara kala mengetahui siapa yang berteriak sambil berlari memanggil nama istri barunya. Duh'ileh, istri baru. Kaya pernah punya istri aja sebelum Vita. Biasanya juga dia jomblo ngenes. Rido yang melihat tangan Ashar terkepal ke udara terkekeh. Mulut Ridho menganga kala Vita berbalik ke arahnya. "Woa... My Lady." kagum Ridho tersenyum sembari mendekat. Plaaakkk!" "Mata!!! Bukan muhrin Toyib!" sembur Ashar sambil menampar pipi Ridho, membuat Ridho mengerang ke kesakitan. "Lo juga, bukan muhrim Toha!" balas Ridho yang malah membuat Ashar tertawa lalu merangkul pundak Vita. "Kita muhrim ya Babe, halallun toyiban, udah terbukti halal dan dapet sertifikasi dari MUI." katanya pada Ridho, berbangga diri. "Hapaaah?" jerit Ridho syok yang langsung mendapat tabokan dari Icha. "Anak gue bisa bangun kalau lo kaya tarzan lepas dari kandangnya, Oncom!" kesal Icha yang berdiri disamping Brandon. "Cha, Icha gue udah nggak jomblo." adu Ashar sembari menjulurkan lidahnya ke Icha membuat Vita bergidik jijik. "Lah, urusan gue apa?" tanya Icha datar. "Adalah, lo nggak bisa manggil gue jomblo karatan lagi." kekeh Ashar. "Dih, situ oke!", balas Icha mengambil lalu putranya dari gendongan Brandon membuat Brandon, dan Ridho terbahak karena Ashar yang dicuek'i oleh Icha. "Dasar Mak-mak sadis." teriak Ashar yang semenit kemudian mendapat sepatu terbang dari Icha. "Ichaaaaaa, weiiii!!" "Berisik Magrib!!" omel Vita merasa suaminya ini banyak sekali tingkahnya. "Ashar Vita, Ashar!" Astaga! Harus berapa kali sih Ashar bilang namanya bukan Magrib. "Sama aja, sama-sama nama kamu ih." kukuh Vita. "Serah!" ucap Ashar melepas tangannya dari pundak Vita. "Magrib... Hitungan tiga enggak jalan samping aku lagi, aku aduin ke Mama ya kamu nggak bertanggung jawab sama aku!" ancam Vita membuat Ashar berjalan mundur cepat seperti kepiting kembali ke samping istrinya itu. "Jangan bilang Mama ya Umi." kata Ashar pelan takut yang lain mendengar. "Umi Bapakmu itu!" * Vita menunggu Ashar disamping mobil suaminya. Bilangnya sih sepuluh menit lagi Ashar keluar. Suaminya itu sedang menghadapi peperangan yang amat sengit katanya. Antara dirinya dan kutu buku dalam kelasnya yang tidak mau membagi jawaban dengan dirinya. Ayang!! Sepuluh menit lagi janji.. Si monyet satu ini susah banget dicontekin.. Aku baru dua nomor.. tunggu ya masa depan Babang... Babang usaha dulu demi masa depan kita yang cerah... Begitulah pesan singkat yang kembali muncul dilayar ponselnya. Masa depan cerah dari Hongkong. Mana ada cerahnya, kalau responsi aja nunggu dikasih contekan. "Haii..." Vita mengadahkan wajahnya yang tertunduk ketika membaca pesan dari Ashar. "Boleh kenalan?" tanya si lelaki mengulurkan tangannya pada Vita. "Gue James." katanya. Vita hanya menghela nafas tidak tertarik dengan acara perkenalan satu pihak ini. "Lo Vita kan?" tanya James. "Udah tahu kan? Ngapain nanya." kata Vita ketus membuat James mengangkat alis kirinya, sedikit lebih tertarik dengan gadis yang terkesan dingin padanya ini. "Kalau boleh gue tahu lo apanya Ashar?" tanya James memastikan terlebih dahulu. "Tunangan!" Mata James membulat sempurna, tanda shock dan sedikit tidak terima mendengar kenyataan gadis yang lebih cantik dari Uti pacarnya ini adalag tunangan dari saingan terberatnya mendapatkan Uti dulu. "Canda lo." kekeh James. "Sorry, lo bisa nggak sok deket sama gue, satu lagi tunangan gue udah jalan ke sini bisa menjauh dari pada dia salah paham." pinta Vita dengan suara amat teramat datarnya yang memakan banyak penekanan dibeberapa kalimat. "Weh, James ngapain lo deket-deket cewek gue!" sembur Ashar. "Babe! Masuk mobil gih." titah Ashar yang langsung diangguki oleh Vita. "Cewek lo cantik." kata James pada Ashar. "Iyalah cewek gue." sombong Ashar. "Tukeran sama Uti lo masih minat?" tanya James santai sambil menyalakan rokoknya. Bukkkk... "b*****t ya lo, gue peringatin ke lo. Jauh-jauh dari milik gue. Makan tuh Uti, gue nggak butuh!" bentak Ashar, lalu mendaratkan bogeman mentahnya ke wajah James. "Kak Ashar." Deg... Ashar membalikkan tubuhnya, melihat Uti yang sudah mengeluarkan air matanya dan menatapnya kecewa. Kala Ashar ingin berjalan ke arah Uti, Vita menurunkan kaca mobil Ashar, "Kamu mau sampai kapan dramanya, PULANG!" bentak Vita membuat Ashar tersadar dan membalikkan tubuhnya ke arah mobilnya. Sampai di rumah. Brukkk... Ashar meringis saat Vita melempar tas ranselnya ke meja ruang tamu. Istrinya itu berkacak pinggang, lalu berbalik menatapnya tajam. "Pulangin gue ke rumah Mamah." kata Vita tajam. "Lah, ini rumah Mama Vit." jangan Ashar spontan. "Rumah Mamah yang di Surabaya." teriak Vita kencang sambil melotot, membuat dua asisten rumah yang berada didapur terlonjak mendengar amarah dari nona mudanya. "Kamu kenapa sih?" tanya Ashar mendekati Vita. "Nggak usah kamu-kamuan deh. Mamam tuh Uti, balik aja sono sama dia. Cepetan deh kirim berkas ke pengadilan." kata Vita lalu melenggang pergi ke kamarnya. Iya kamarnya. Kamarnya yang dulu berada didekat kamar Ashar. Semalam memang keduanya belum memutuskan untuk ada didalam satu kamar meski Ashar memindahkan Vita ke kamarnya semalam. Brakkk..... "Salah gue apaan?" tanya Ashar pada dirinya sendiri. Ashar mendudukan dirinya disofa, mengingat kembali kesalahannya pada istri barunya itu. "Vit mau kemana?" tanya Ashar saat Vita menyeret sebuah koper keluar dari kamar menuju ke pintu utama rumahnya. "Pulang." ketus Vita tanpa menoleh membuat Ashar bangkit dan berlari cepat menahan Vita. "Apa-apaan sih. Jangan kaya anak kecil deh. Ada apaan?" tanya Ashar serius. "Lepas." "Vita." peluk Ashar erat. "Wih, tontonan Mbak. Kaya dipelem." ucap Surti pada Kakaknya. Mereka memang mengintip dari dapur. "Lo kalau masih suka sama si Uti, nikahinya Uti dong. Jangan gue. Gue udah lo bawa jauh-jauh ke sini, putus sama cowok gue, terus gue juga disakitin mau dihianatin gitu. Gue nggak terima! Mau bilang ke Mamah kalau gue mau minta cerai." kata Vita meronta. "Hah, Den Ashar selingkuh. Ada pacar Mbak. Laku toh Aden?" "Hus... Udah ayo kita ke kamar aja." tarik sang Kakak pada Surti yang kepo. "Ngomong apa sih." kata Ashar semakin mengeratkan pelukkanya. Ashar sendiri bingung, kenapa ia melangkah ke arah Uti ketika melihat wajah kecewa Uti. Namun mendengar amarah Vita tadi membuatnya juga tersadar, bahwa Vitalah yang harus ia utamakan sebagai masa depan. "Udah dong marahnya.. Harusnya kita tuh lagi sayang-sayangan sebagai pengantin baru. Bukannya marah-marahan gini." "Nggak usah modus." jengah Vita. "Terus harus gimana?" tanya Ashar bingung. "Ceraiin gue aja. Gue aja tadi nolak dimintain kenalan sama James. Lonya mau nyusulin cewek Lo, cerein." "Hais bawel, aku hamilin nih lama-lama." "Magrib!" bentak Vita. "Yang, Sayang Vita." panggil Ashar. "Hemm..." "Kamu empuk." bisik Ashar semakin mengeratkan pelukkannya. "Heh, edan." maki Vita. "Beneran empuk Sayang." "Apanya?" tanya Vita menurunkan nadanya. "Ini nih." kata Ashar lebih merekatkan tubunya hingga menekan bagian depan Vita. "MAGRIIIIB." "Yes, i am Babe." "Auuhhh VitaaaaAAAA adek aku."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN