Kata-kata itu menusuk tajam, menembus batas pertahanan yang selama ini Sonya bangun. Matanya terbelalak pelan, bibirnya sedikit terbuka, tapi tak ada sepatah kata pun yang keluar. Jantungnya seperti berhenti berdetak sejenak, tubuhnya kaku di tempat. Sementara itu, di sisi lain Sekar sontak menoleh, tampak kikuk, namun tetap berusaha tersenyum. "Ih Ayah kok ngomongnya begitu?” "Sudahlah, ayo pulang ... ibumu pasti sudah menunggu," pungkas pria itu berbalik arah, dia menggandeng Sekar menjauh dan meninggalkan Sonya sendirian dalam kekosongan. Sesaat, dunia benar-benar terasa sunyi. Meski Sonya sadar peran ayahnya sudah lama hilang, bahkan kemarin sampai terlontar dari mulutnya sendiri, tapi kata-kata yang diucapkan sang ayah rasanya sakit sekali. Cukup lama Sonya berdiam diri, bahkan