Sejenak meninggalkan Zeron yang kini tengah menuntaskan rindunya bersama sang putra, di sisi lain Gio mengutuk pria itu dalam diamnya. Kamar Gio terasa dingin, seolah tak ada kehangatan yang mampu menembus kemarahan yang membara di dadanya. Berbeda dengan Zeron yang dimanjakan Sonya, Gio sendiri harus mengobati luka-lukanya sendirian di dalam kamar. Memar yang dia dapati tak seberapa, hanya lebam di sudut bibir dan pelipisnya. Namun, dukungan dari sang papa yang kini tak berpihak dan juga Sonya yang seratus persen sudah lepas dari kendalinya, benar-benar membuat Gio murka. Dia merasa dikhianati, ditinggalkan sendirian dalam dendam yang dia pupuk bertahun-tahun. “Fu-ck!!” umpat Gio, suaranya serak dan penuh frustrasi. Dia melemparkan ponsel Sonya yang tadi sempat dia rampas ke

