“Biasa saja kalau hamilnya.” “Lalu apa yang berat?" “Lahirannya," jawab Sonya, suaranya setengah berbisik, seolah teringat kembali rasa sakit yang luar biasa. Dia duduk di sisi Zeron lebih dekat, sementara Galen sudah mulai menikmati s**u hangat itu dengan fokus, tak peduli dengan percakapan orang tuanya. “Lahirannya kenapa? Kamu belum cerita, apa terlalu susah?” Zeron meraih tangan Sonya, menggenggamnya erat. “Ehm, sakit banget, Mas, sampai sekarang masih kebayang sakitnya jujur saja,” ucap Sonya begitu serius. Matanya berkaca-kaca. Dia tidak berbohong. Benar adanya, proses melahirkan Galen cukup berat dan nyaris saja membuatnya meregang nyawa. “Sakit?” Zeron mengulang, dahinya berkerut. “Iya, dia lumayan besar, tapi masih bisa diusahakan lahiran normal jadi terpaksa dirobek dan

