Mengikuti permintaan Sonya, Zeron akhirnya memutuskan untuk menjenguk ibu mertuanya yang dirawat di rumah sakit berbeda. Meski sempat menunda, malam ini dia berdiri di depan pintu ruangan rawat Bu Nirina, menatap pelat nama kecil yang menggantung di depan pintu dengan jantung berdebar kencang. Perasaannya campur aduk. Ada gugup yang tak biasa, ketakutan yang menjalari d**a, dan bayangan kemungkinan terburuk yang terus berkelebat dalam benaknya. Wajar saja dia begitu. Bagaimana tidak? Jika Sonya sampai mengadu secara terang-terangan tentang semua yang telah terjadi, maka Zeron nyaris yakin posisinya sebagai menantu kesayangan akan tercoreng total. Bahkan jika masih diterima sekalipun, jelas semuanya tidak akan sama seperti dulu. Tidak akan ada lagi kehangatan sambutan, atau senyum ra