Sonya dan Sandra saling pandang, rahang mereka sedikit menganga. Wajah Sandra yang tadinya ceria kini memerah padam, bukan karena malu, melainkan karena terkejut.
“Demi apa besok?!” seru Sandra, suaranya melengking. Dia nyaris merebut ponsel dari tangan Sonya.
Sonya sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga, tidak menyangka Zeron akan membuat keputusan secepat itu. “Iya besok, Mas Zeron bilang lebih cepat lebih baik.”
“Aduh, tapi kenapa harus besok, Sonya? Aku belum siap!” Sandra merengek, ekspresinya lucu, seperti anak kecil yang diminta melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan.
“Halah, mau nunggu apa lagi?” Sonya mendengus, mencoba terdengar bijak meskipun dalam hati ia juga kaget. “Lebih bagus besok, masa nunggu hamil dulu.”
Sonya sedikit menyindir, namun kata-kata itu justru memb
