Sonya menelan ludah pelan, meski jantungnya sempat berdebar tak karuan saat melihat Zeron berdiri di ambang pintu, dia mencoba bersikap sewajar mungkin. Segera dia menundukkan wajah, pura-pura sibuk menata tali tasnya lalu melangkah lurus ke depan, berniat melewati pria itu tanpa memperlihatkan ekspresi mencurigakan sedikit pun. Tapi tak disangka, baru satu langkah melewati, pergelangan tangannya ditangkap oleh telapak tangan yang besar dan hangat. “Kenapa lama sekali?” Suara Zeron terdengar pelan namun jelas, sangat terdengar oleh telinga Sonya dan Sandra. “Mas sudah menunggu dari tadi.” Sontak langkah Sonya terhenti, matanya membulat pelan, dan begitu pula dengan Sandra yang menyaksikan semuanya dari jarak satu meter di belakang mereka. Jantung Sonya berdentum nyaris tak tertahanka