Tatapan Zeron mengunci pandangan Sonya. Ada sesuatu dalam sorot matanya, campuran antara kerinduan, rasa ingin memiliki, dan hasrat yang telah lama tertahan. Tanpa berkata apa-apa lagi, pria itu membopong tubuh Sonya dan membawanya perlahan ke arah sofa panjang di sudut ruangan. Tanpa penolakan Sonya menurut, jantungnya berdegup semakin kencang. Tak ada keraguan, hanya kehangatan yang mulai mengalir di antara mereka. Begitu tubuh Sonya tenggelam di atas sofa, Zeron memeluk Sonya erat-erat seolah tak ingin melepas. Ciuman kembali jatuh di kening, pipi, leher, lalu kembali ke bibir dengan begitu lembut namun semakin dalam. Kali ini benar-benar berbalas, Sonya mengikuti intuisinya dan dan berusaha mengimbangi sang suami yang agaknya sudah begitu terlatih dalam ritual silahturahmi bibir. K