Kali ini, Zeron tidak lagi bersembunyi di balik sindiran-sindiran halus atau kode berbalut gengsi seperti yang ida lakukan semalam. Sikapnya berubah total, terang-terangan, langsung, dan tanpa ragu. Dengan satu gerakan mantap, dia meraih tengkuk Sonya dan menarik wajah gadis itu mendekat, lalu tanpa aba-aba, bibir mereka bertaut. Ciumannya dalam dan menuntut, penuh desakan yang tak tertahan. Sonya terkejut, tak sempat berpikir atau memberi respons yang berarti. Bukan karena dia tak menyukai ciuman itu, melainkan karena tubuhnya belum terbiasa. Tindakannya kaku, bingung harus membalas seperti apa, meski detak jantungnya sudah kacau sejak detik pertama bibir mereka bersentuhan. Zeron tidak mengeluh atau menghentikan. Dia justru memanfaatkan momentum itu, membiarkan ciumannya menjadi satu