Begitu keluar dari ruangan rawat Sonya, Zeron berjalan santai di belakang Ethan menyusuri lorong rumah sakit yang sunyi. Derap langkah mereka berdua bergaung pelan di lantai marmer putih, sesekali terdengar suara perawat berbicara lirih di kejauhan. Aroma antiseptik menyengat hidung, tapi hati Zeron terasa terlalu manis pagi ini untuk peduli. Mereka berhenti di bangku panjang di dekat jendela besar yang menatap ke taman kecil rumah sakit. Matahari sudah naik tinggi, tapi sinarnya lembut, menerobos tirai tipis dan menghangatkan lantai. Namun, di antara suasana itu, perhatian Zeron tak tertambat pada Ethan sama sekali. Alih-alih mendengarkan ucapan pria di sebelahnya, Zeron justru duduk sambil terus menyentuh bibirnya pelan. Ujung jarinya mengusap bagian yang tadi sempat disentuh So