"Ck, tapi kan dia duluan ... salah sendiri mulutnya keterlaluan." Air mata yang tadi sempat mengalir perlahan mengering, namun tidak benar-benar lenyap dari matanya. Justru kini berganti dengan amarah kecil yang tak jelas arahnya. Hatinya menolak untuk mengaku kalah. Ego masih terlalu tinggi untuk menerima bahwa mungkin, hanya mungkin, sebagian dari semua ini adalah salahnya. Perlahan, Sonya menggeliat kecil, mencoba mengalihkan pikiran. Namun, tanpa sadar, jemarinya justru tersangkut di rambut Zeron yang masih menyentuh perutnya. Entah bagaimana, jari itu mencengkeram sedikit dan "Aw—awwwh?!" Zeron sontak terbangun, suara erangannya menggema di ruangan tenang itu. Tangannya reflek bergerak ke puncak kepala, mengusap dengan gesit sambil mengerutkan wajah. "Siapa sih?" gumam Zeron bin