Sonya tidak langsung menjawab. Tatapannya terkunci pada wajah Zeron, tak berkedip, namun benaknya penuh dengan pusaran pertanyaan. Dia tahu ke mana arah ucapan sang suami. Dan dia tidak pernah menyangka bahwa Zeron akan menanyakannya secara langsung, sejujur dan setegas itu. Nada suara Zeron tadi terlalu serius, tidak seperti biasanya. Tidak ada sindiran halus, tidak ada bahasa ambigui. Hanya satu kalimat lugas, tapi cukup untuk membuat d**a Sonya terasa nyeri. Ada keheningan yang menggantung seperti kabut tebal di antara mereka. Zeron masih menatapnya, dalam dan menuntut, seakan menolak untuk membiarkan pertanyaannya berlalu begitu saja. Sementara Sonya terlihat goyah, jemarinya yang saling menggenggam tampak gemetar, berusaha meredam keresahan yang mulai menjalar ke seluruh tubuhn