Bab 11. Positif

1480 Kata
Bara menatap hasil tes kehamilan dengan mata terbelalak, dua garis merah yang tersapu jelas di atasnya. Menerangkan jika Alexa positif hamil. Bara dan Alexa sama-sama bingung, sama-sama terkejut dan tidak menyangka jika Alexa akan hamil begitu cepat. Apa yang harus mereka lakukan sekarang? Apakah keduanya siap untuk menjadi orang tua? Mengingat masalah yang belum terselesaikan, yaitu Alex yang masih belum bisa menerima pernikahan mereka dengan ikhlas, membuat Alexa dan Bara masih belum bisa menerima sepenuhnya situasi ini. Namun, apakah mereka bisa menolaknya? Tidak! Tak ada pilihan selain menerima. "Om Bara, apa aku harus mencoba tespek yang lain? Aku baru coba satu ini saja," kata Alexa, menatap Bara dengan wajah bingung. Dalam hati, ia masih berharap bahwa hasil ini mungkin tidak benar. "Kamu tidak perlu mencoba tespek lain, Lexa. Lebih baik kita ke rumah sakit saja, ini akan lebih akurat. Bukannya dokter juga menyarankan hal itu?" kata Bara yang mencoba membujuk. "Aku takut, Om. Aku takut kalau harus ke rumah sakit dan menghadapi kenyataan ini. Bagaimana kalau banyak orang yang tahu?" ucap Alexa lirih, mencoba menyembunyikan ketakutan dalam hatinya. "Lexa, kamu tidak perlu takut, ada aku. Aku suami kamu dan aku akan terus mendampingimu. Kamu itu hamil dalam kondisi sudah memiliki suami," kata Bara, mencoba memberi semangat pada istrinya. "Tapi, Om, kita baru menikah kemarin. Apa kata orang-orang kalau tahu aku sudah hamil?" ujar Alexa dengan khawatir. "Kita akan cari rumah sakit yang jauh dari sini. Aku yakin, tidak ada orang terdekat yang akan tahu kita ke sana, apalagi untuk memeriksa kandungan," ucap Bara. Ia tersenyum hangat, lalu melanjutkan ucapannya, "Aku mengerti perasaanmu, Alexa. Tenang saja, kita akan menemukan rumah sakit yang tepat dan menjaga kerahasiaan kita." Bara berbicara dengan penuh keyakinan. Alexa mengangguk, lega dengan jaminan Bara. "Iya, Om," jawabnya. Lalu keduanya pun segera keluar dari kamar dan berjalan menuju pintu depan rumah. Namun, ketika mereka hendak melangkah keluar, malah bertemu dengan Delia yang baru saja pulang. "Bara, Alexa, kalian mau ke mana? Kok kalian ada di rumah jam segini? Sudah selesai kuliah dan kerja?" tanya Delia heran. Alexa menelan ludah sebelum menjawab, berusaha tampak sebiasa mungkin. "Aku tadi hanya pulang sebentar, Ma. Om Bara juga. Kami sekarang mau pergi lagi." Bara ikut angkat bicara, "Iya, Ma. Kami pergi dulu, ya." Lalu keduanya menyalami Delia, berusaha tampak tenang dan biasa saja. Setelah itu, mereka bergegas keluar dari rumah, berharap Delia tidak menaruh curiga apapun tentang tujuan mereka yang sebenarnya. "Eh … kalian mau ke mana?" tanya Delia, namun sama sekali tak ada jawaban. Bara dan Alexa segera masuk ke dalam mobil lalu pergi meninggalkan kediaman Alexander. Delia tidak bisa menyembunyikan rasa tidak enak yang mulai terasa di dadanya, menyaksikan anak dan menantunya yang buru-buru pergi dan seolah-olah ada sesuatu yang mengganjal. "Aneh, kenapa mereka bersikap seperti itu, ya? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" gumam Delia dalam hati, merasa penasaran dan bingung dengan apa yang dilihatnya. Saat sudah berada di perjalanan, Alexa menarik napas panjang, seolah mencoba meredam kecemasan yang mulai tumbuh di hatinya. "Om, menurutmu apa sebaiknya kita sembunyikan saja masalah ini dari Mama dan Papa? Aku khawatir, Om. Sekarang saja Papa belum bisa menerima pernikahan kita, bagaimana kalau Papa tahu aku hamil?" keluh Alexa, rasa cemasnya semakin menjadi-jadi. Bara menghela napas, lalu menggenggam tangan Alexa yang tampak ketakutan. Dinginnya tangan istrinya itu membuat Bara merasa perlu memberikan kehangatan dan dukungan. "Kamu nggak usah terlalu memikirkannya, apalagi khawatir. Kita lihat hasilnya nanti gimana dan kalau memang kamu benar-benar hamil, hal yang sebaiknya kita lakukan adalah jujur kepada Mama dan Papa. Kamu tidak usah takut, ada aku di samping kamu. Aku akan selalu mendukung dan membela kamu," ucap Bara dengan tulus, membuat hati Alexa tersentuh dan perlahan merasa lebih tenang. "Iya, terima kasih ya, Om," ucap Alexa dengan suara lembut, sambil membalas menggenggam tangan Bara erat. Alexa merasa begitu bingung dan sedih. "Kenapa semuanya jadi seperti ini? Aku pikir pernikahanku dengan Om Bara adalah hal yang paling bahagia, tapi kenapa malah aku harus merasakan sesuatu yang rasanya sangat mengganjal seperti ini?" gumam Alexa dalam hati, mencoba mencari jawaban atas kegundahan yang sedang menghimpitnya. *** Tok, tok, tok! Lamunan Alex seketika buyar saat mendengar ketukan pintu. Pintu ruangan terbuka perlahan dan terlihat Bryan, asistennya, masuk ke dalam ruangan. "Pak Alex, saya sudah melakukan perintah Anda. Saya sudah mencari tahu dan meminta rekaman CCTV di hotel pada malam itu, tapi ternyata rekaman CCTV-nya sudah terhapus dan lorong menuju ke toilet tidak ada yang tersorot," terang Bryan dengan wajah cemas. Alex mengepalkan tinjunya keras-keras, menyembunyikan kemarahan dan kekecewaan yang mulai menguasai dirinya. "b******k! Sepertinya ini semua sudah direncanakan secara matang," geramnya. Dia mencoba meredakan emosinya dan mengucapkan terima kasih pada Bryan, "Baiklah, terima kasih banyak atas kerja kerasmu, Bryan." "Sama-sama, Pak. Kalau begitu, saya permisi dulu," ucap Bryan sopan, merasa lega bisa memberikan laporan tersebut kepada bos-nya. "Ya," jawab Alex singkat, memberikan isyarat kepada Bryan untuk segera keluar dari ruangan tersebut. Bryan pun bergegas pergi, meninggalkan Alex yang kini tengah menyibukkan pikirannya, mencoba mengurai benang kusut yang kian hari kian membelenggu hidupnya. Semua ini takkan berakhir begitu saja dan Alex pun berjanji akan mencari kebenaran sejauh mungkin. Diam-diam, Alex meminta asistennya untuk mencari tahu siapa dalang di balik kejadian malam yang tak terlupakan itu. Kejadian yang membuat Alexa dan Bara terjerumus dalam hubungan terlarang. Alex merasa ngeri dengan fakta bahwa Bara dijebak, sehingga ia pun semakin penasaran untuk mencari tahu siapa yang sudah merencanakan kejadian ini. "Aku harus menemukan siapa pelakunya, dia adalah orang yang sudah membuat masa depan anakku hancur," gumam Alex dengan tekad yang kuat. Meskipun Alex merasa kecewa pada Bara dan Alexa, tetapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia sangat peduli terhadap keduanya. Tentu saja rasa sayangnya terhadap Bara, terutama Alexa sebagai putri satu-satunya begitu besar dan tak pernah pudar. Hanya saja hatinya masih sulit untuk menerima kenyataan pahit ini. "Mereka tetap anak dan adikku. Tapi mengapa ini semua harus terjadi?" bisik hatinya lirih, mencoba menghela napas untuk mengusir segala perasaan benci dan marah. *** Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 45 menit perjalanan, Alexa dan Bara akhirnya tiba di rumah sakit yang memang cukup jauh. Mereka langsung mengambil antrian ke Dokter Kandungan, menunggu giliran mereka untuk memasuki ruangan. "Kamu jangan tegang, ya. Apapun yang terjadi, kita akan melaluinya bersama," bisik Bara pada Alexa, mencoba memberikan semangat pada istrinya yang terlihat cemas. "Bu Alexa!" Hingga Tak lama kemudian, terdengar perawat yang memanggil nama Alexa. Sehingga mereka pun segera melangkahkan kaki, menuju ke ruangan Dokter Kandungan. "Rileks dan tetap berpikir positif. Ada aku yang akan selalu menemani kamu," ucap Bara seraya menggenggam erat tangan istrinya, memberikan ketenangan. Alexa menghela napas, lalu menjawab, "Iya, Om." Keduanya perlahan masuk ke dalam ruangan dokter, hingga terlihatlah dokter wanita yang di saat itu tersenyum ramah menyambut keduanya. "Selamat siang, Pak, Bu. Apakah ini adalah pertama kalinya Bu Alexa melakukan pemeriksaan, atau sudah pernah sebelumnya?" tanya dokter. "Ini baru kali pertama, Dok. Saya ingin memastikan apakah saya hamil atau tidak," jawab Alexa dengan gugup. "Oh, begitu. Silakan berbaring di sini," pinta dokter seraya menunjuk ranjang periksa. Alexa menuruti perintah dokter, berbaring dengan perasaan bercampur aduk. Setelah itu, dokter mengoleskan gel khusus pada perut Alexa dan mulai menggerakkan transducer di area pemeriksaan. Sambil melihat gambar yang terbentuk di layar monitor, dokter menjelaskan bahwa ada kantung rahim yang menandakan kehamilan. Hati Alexa berdebar kencang mendengar itu, bahkan perasaan tegang tidak bisa ia tutupi. "Apa benar aku hamil? Akankah pernikahan ini menjadi lebih baik dengan kehadiran buah hati kami? Apakah Papa akan senang mendengar kabar ini dan mau menerima aku lagi sebagai anaknya?" batinnya, banyak pertanyaan yang menghantui pikirannya. Dokter mengingatkan bahwa kehamilan Alexa masih sangat muda dan rentan, sehingga perlu dijaga dengan baik. Alexa dan Bara merasa sangat tegang mendengar kabar ini. Namun, mereka juga harus siap untuk menerima kenyataan dan berusaha menjaga kehamilan ini dengan sepenuh hati. "Baik, Dokter. Terima kasih," ucap Alexa gugup, mencoba menyembunyikan perasaan yang berkecamuk dalam d**a. "Sama-sama, Bu. Pak Bara juga harus ikut menjaga istrinya, jangan sampai kecapean atau memaksa melakukan sesuatu di luar batas. Satu lagi, menjaga pikiran itu juga sangat penting. Ibu hamil tidak boleh stres, apalagi dalam usia kandungan yang masih muda," pesan dokter. "Iya, Dokter. Saya pasti akan menjaga istri saya dengan baik. Terima kasih banyak ya, Dokter," ucap Bara dengan tulus. "Sama-sama, Pak," balas Dokter, lalu membersihkan gel dari perut Alexa dan pemeriksaan USG telah selesai. Dokter segera memberikan resep vitamin kepada Alexa, setelah itu Bara dan Alexa segera keluar dari ruangan, menebus vitamin serta menyelesaikan administrasi. "Ternyata aku benar-benar hamil, Om. Aku nggak tahu sekarang, harus senang atau sedih," ucap Alexa seraya memegangi perutnya yang masih rata. "Kenapa harus sedih? Ini anak kita, kita akan menjaga dan merawatnya bersama-sama," ucap Bara. Membayangkan Bara sebagai ayah dari anaknya, membuat Alexa lebih kuat. "Iya, Om. Aku akan mencoba untuk menerimanya dengan ikhlas," jawabnya. "Itu harus, Sayang. Dan sekarang, aku akan mencari tahu siapa dalang yang sudah menjebakku malam itu," ucap Bara sambil mengepalkan tangannya. "Jangan, Om!" Bersambung …
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN