Aku buru-buru mengeringkan wajah dengan handuk begitu keluar dari kamar mandi. Badanku menggigil karena air di sini benar-benar dingin. Sepertinya aku tidak berlebihan kalau menyebutnya hampir mirip denga air kulkas. Setelah menjemur handuk dan memakai sweater, aku segera bergabung dengan Mas Adim yang saat ini duduk bersandar di kepala ranjang dengan mata fokus menatap layar ponselnya. Sebenarnya tadi aku kasihan waktu melihatnya murung setelah tahu aku tiba-tiba datang bulan. Ya bagaimana tidak, kami bahkan baru menikah dan baru merasakan apa itu ‘malam pertama’, tapi kami sudah harus menjeda dulu. Mana aku kalau datang bulan bisa satu minggu lebih! “Mas, dingin bangeeet!” Aku naik ke tempat tidur dan ikut masuk ke dalam selimut. Mas Adim merentangkan tangan kirin