“Kalau begini terus, kamu harus membelikan aku lipstik baru,” kata Kienar sembari melihat pantulan wajahnya di depan cermin kecil. Entah sudah berapa kali lelaki di balik kemudi ini mencumbui bibirnya. Sekarang bibirnya terasa panas dan mungkin sedikit bengkak. Kienar melapisi lagi bibirnya dengan lipstik, menyamarkan bekas gigitan Bumi yang terlihat seperti daging tumbuh di sudut bibirnya. “Akan aku belikan satu konter, Sayang.” Kienar menoleh cepat mendengar panggilan itu. Rasanya aneh mendengar Bumi memanggilnya ‘sayang’. Dia tidak terbiasa dengan sebutan itu. Terlalu manis dan terlalu ... berlebihan. “Kenapa? Nggak suka dipanggil ‘sayang’?” “Iya, masih aneh aja dengernya.” “Maunya panggil apa? Mimi, Bebep, Honey, Cinta, Bunny, Darl—“ “Stop! Anything ... tap