“Malam ini biar Cakra bobo sama Nawang, ya?” pinta Angga sambal mengelus punggung istrinya. Berulang kali Angga menelan ludah setiap kali Cakra menyedot putiing Kienar. Angga merindukan masa-masa dia memonopoli putiing itu untuk dirinya sendiri. “Lho, kenapa? Kasur kita, kan masih luas buat bobo bertiga.” Kienar memprotes permintaan Angga. Mereka baru memasuki rumah ini kemarin dan baik Kienar maupun Cakra masih membiasakan diri dengan rumah baru. Cakra masih suka rewel kalau malam hari. “Aku mau buka puasa,” kata Angga lesu. Dibelainya pipi Cakra yang montok. Anaknya itu sangat kuat menyusu, bisa terlihat dari tubuhnya yang sangat berisi di usianya yang memasuki bulan keempat. Mendengar alasan Angga, mau tak mau Kienar tersenyum. Selama dia dan Cakra di kampung, Angga memang