NAWANG 22

1341 Kata

“Aku nggak bisa! Setiap kali melihat kamu aku membayangkan Nyonya Angela menandatangani surat kematian kedua orang tuaku. Dan aku teringat lagi masa-masa kecilku di panti. Bagaimana rasanya setiap melihat orang tua yang mengadopsi anak panti, aku selalu membayangkan seseorang akan membawaku. Aku ingin punya keluarga!” Wanita yang tersedu itu membersit hidungnya yang kemerahan. Rongga dadaanya mulai sakit karena terlalu sering menangis.   Jika suaminya pergi, Kienar menghabiskan banyak waktu untuk menyeka air mata yang mengalir tanpa henti. Bukan dia tidak berusaha menahan semua sesak yang keluar hari ini. Tapi tiap kali mereka tidur bersisian dan dia memandang wajah Angga yang lelap, bayangan kematian orang tuanya hadir. Seolah meminta pertanggungjawaban Kienar sebagai putri mereka.  

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN