Nawang mencium bibir Aidan sekali lagi. Kini dia bersikap lebih berani dari sebelum-sebelumnya. Entah sudah berapa lama mereka bercummbu di bangku belakang mobil. Di sebuah taman sepi di sisi semak-semak. Mereka tidak perlu takut ketahuan atau kepergok orang-orang. Di sekitar mereka, banyak mobil-mobil terparkir dan bergoyang. Kadang terdengar juga desahan-desahan maut yang lolos dari mulut yang lupa dikunci. “Sampai kapan kamu akan menciumku begini?” tanya Aidan ketika bibir Nawang mencumbu lagi bibirnya. Ini sudah terlalu larut dan Aidan tidak mau ada masalah dengan kakak Nawang. “Rasanya aku nggak mau pulang.” “Kamu pikir aku mau melepaskan kamu sekarang? Aku juga nggak mau mulangin kamu ke Kak Angga.” Aidan bergeser. Nawang yang berada di atas tubuhnya sedikit terjatuh ke s