Maura terbangun di atas ranjangnya pagi itu, tetapi suaminya tidak ada di sana. Dia melirik pada jam digital di atas nakas. Pukul tujuh lewat lima belas menit. Terdengar suara gemericik air dari arah kamar mandi yang dia duga adalah suaminya. Maura menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Kepalanya sedikit nyeri akibat dia terlalu banyak minum tadi malam. Pintu kamar mandi terbuka, Arkan keluar dari sana dengan handuk yang melilit pinggulnya. “Pagi,” sapa pria itu yang berjalan melintasi ranjang menuju walk in closet. “Apa yang dikatakan Jessy, tadi malam?” tanya Maura sembari memijit kepalanya. “Tidak ada,” sahut Arkan dari ruang pakaian. “Tidak mungkin dia gak mengatakan apa-apa sama kamu.” Tidak ada tanggapan dari suaminya. “Hon?” Arkan yang sudah berpakaian lengkap