Airin mengambil jatah istirahat lima belas menitnya dengan duduk bersandar pada loker di belakangnya. Entah mengapa pikirannya kacau setelah kebersamaannya dengan pria itu tadi malam. Satu malam di kamar hotel dan mereka benar-benar tidak melakukan apa pun. Namun, kalimat Arkan yang menyatakan rindu padanya terus berputar-putar di pikirannya. Gadis itu mengembuskan napas panjang, bersamaan dengan ponsel yang ada di tangannya bergetar tanda panggilan masuk. “Bara,” katanya lirih menyebut nama si pemanggil. Airin sama sekali tidak bersemangat untuk menjawab panggilan dari pria itu. Dia masih marah pada Bara atas kejadian malam lalu. Panggilan tersebut mati setelah Airin mengabaikannya selama beberapa menit. Lalu, pesan beruntun kembali masuk ke aplikasi chatnya, masih dari Bara yang me