Auriga memandangi wajah Airin yang tengah tertidur lelap di sebelahnya usai percintaan panas mereka beberapa menit lalu. Kemudian dia bangkit dari posisi berbaringnya dan berjalan ke arah balkon menikmati suasana senja yang sebentar lagi akan berganti gelap. Suara dering ponsel membuatnya menoleh ke arah dalam kamar, dia yakin itu bukan ponsel miliknya karena nada deringnya berbeda. Auriga pun melangkah masuk dan mengambil benda pintar yang masih berdering nyaring itu di atas nakas. “Mila?” Dia mengenal nama itu, teman Airin. Karena tidak ingin membangunkan Airin yang masih terlelap, akhirnya dia mengangkat panggilan tersebut. “Airin?!” sapa suara di seberang sana. “Maaf, Airin sedang tidur,” katanya memberi tahu. “Oh, ini Om Riga ya?” tanya Mila. “Iya, benar. Maaf saya yang