4. Pria Bucin

1596 Kata
Tatapan keduanya saling bertautan. Mereka ada di hotel, dan Airin pernah dengan bodohnya menawarkan sesuatu yang sangat diinginkan oleh setiap pasangan. Waktu dan tempat yang sangat mendukung dan Bara memanfaatkannya dengan sangat baik. “Airin,” panggil Bara yang kemudian melangkah pelan ke arahnya. Gadis itu mengangguk pelan. Bara lantas berjongkok di depan tubuh Airin yang masih duduk di ujung ranjang. Tangan pria itu membelai paha Airin yang masih mengenakan celana kain. Kemudian Bara mendekatkan wajahnya ke arah gadis itu. Keduanya pun saling berciuman. Satu jam kemudian, keduanya sudah berbaring di atas ranjang dengan Bara yang memeluk Airin. Ini adalah permainan pertama mereka setelah enam bulan menjalin hubungan pacaran. “Aku akan pulang ke rumah, besok aku akan menjemputmu untuk mengenalkan pada keluargaku,” ucap Bara seraya mengusap lengan telanjang Airin lembut. Gadis itu bergumam, menanggapi rencana kekasihnya. Airin pikir, Bara akan bertanya banyak tentang siapa pria yang bersamanya dulu. Ternyata Bara cukup dewasa untuk tidak membahas masa lalunya, karena dia yakin bila mereka membahas itu akan menjadi bumerang pada hubungan mereka. Bara mencumbui lekukan leher Airin dengan penuh nafsu. Sepertinya Bara mulai seperti pria kebanyakan bila bersama pasangannya. “Aku hanya satu malam di sini kan, setelah itu aku tinggal di kos Sandra,” ucap Airin mengingatkan pada pria itu. Sandra juga sudah mengetahui kapan dia datang dan menceritakan tentang kunjungannya ke rumah Bara. “Gak bisakah kamu dua atau tiga malam di sini, Rin?” tanya pria itu semakin membenamkan wajahnya pada ceruk leher Airin. Airin lantas menjauhkan wajah pria itu dan menoleh ke arahnya. “Aku tahu apa yang kamu rencanakan!” katanya ketus. Bara tertawa lepas. Kemudian pria itu memaksa Airin untuk kembali berbaring terlentang dan mengajaknya mengulang kembali permainan panas mereka. Airin mendesah ketika Bara mulai mencumbui dadanya. Hingga akhirnya mereka kembali mencapai klimaks yang kali kedua sepanjang siang menuju sore. *** Airin baru selesai mandi sore itu, sedangkan Bara sudah meninggalkan hotel sekitar tiga puluh menit lalu, pulang ke rumah orangtuanya. Gadis itu berjalan ke arah balkon dengan ponsel di telinganya. Dia sedang bertelepon dengan Sandra, sahabatnya yang sudah menetap di Jakarta lebih dulu. “Aku sudah di hotel, San. Lusa aku ke kosan kamu, ya!” katanya memberitahu sahabatnya itu. “Di hotel dua malam? Gue tau apa yang diinginkan cowok," sindir Sandra penuh arti. Airin terkekeh. “Besok aku mau ke rumahnya dulu, kenalan sama keluarganya.” “Iya, iya. Nanti malam gue ke hotel tempat kamu nginap, boleh?” “Ke sini saja, sekalian kasih tahu aku cara kerja di cafe tempat kerja kamu.” “Sip!” Malamnya, Sandra benar-benar datang. Dia baru selesai kerja malam itu. Sebelumnya Airin memberi tahu Bara kalau Sandra akan datang menginap di hotelnya, dan pria itu tidak keberatan. “Gila! Gue kira lo bakal nginep di hotel remang-remang. Nyatanya di hotel mewah gini!” Airin mendengus mendengar perkataan Sandra. Dua tahun tinggal di Jakarta membuat kosa kata Sandra seperti orang Jakarta kebanyakan. “Bawa apa?” tanya Airin sembari melirik pada tangan kiri Sandra. Sandra lantas menyodorkan paper bag yang dibawanya ke arah Airin, memintanya untuk melihat sendiri. Kemudian gadis itu menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Airin menuju meja meletakan makanan yang dibawa oleh sahabatnya itu dan mulai memakannya. Kebetulan sekali dia belum memesan makanan. “Rin, CV dibawa ‘kan?” tanya Sandra. “Bawa, kok." “Nanti gue bawa, ya, biar besok langsung gue kasih ke manager.” Airin manggut-manggut saja. Dia memang butuh pekerjaan di sini, sudah lama sekali Sandra menawarkan pekerjaan di cafe dan restoran tempatnya bekerja. Di samping itu, Sandra pun masih menggeluti profesinya sebagai sugar baby secara diam-diam, dan pekerjaan sebagai waiters hanya sebuah kedok saja. Sementara Airin memang sudah tidak lagi menjadi seperti Sandra dan Mila yang masih menjadi simpanan om-om. Devika pun sama seperti dua sahabatnya meski mereka tahu kalau Devika sudah memiliki pacar. Satu malaman itu Airin dan Sandra banyak mengobrol, mereka juga melakukan panggilan video dengan teman-temannya hingga larut malam. Paginya Sandra malah kesiangan dan langsung pulang ke tempat kosnya untuk berangkat kerja. Bara menghubunginya setelah Sandra pergi. Airin baru saja selesai mandi dan sarapan. “Sedang apa?” tanya Bara. Airin bisa melihat kalau pria itu sedang berada di atas ranjangnya. “Habis mandi dan sarapan," katanya. “Teman kamu mana?” tanya pria itu lagi. “Sudah pulang tadi, dia kesiangan masuk kerja." Airin terkikik geli. “Pasti kalian bergadang, ya!” Airin mengangguk mengiyakan. Terdengar Bara berdecak. Airin pun menjelaskan alasan mengapa mereka bergadang tadi malam. “Satu jam lagi aku jemput, ya!” kata pria itu. “Aku tunggu.” Sebenarnya Airin belum ada persiapan untuk bertemu dengan keluarga besar Bara. Dia belum mengenal akrab pria itu karena hubungan mereka tidak pernah membahas tentang keluarga. Namun, karena dia sudah di sini, mau tak mau dia harus maju dan bertemu dengan keluarga pria itu. Apa lagi Bara juga sudah serius dengannya. Saat ini Airin sudah berada di perjalanan menuju kediaman Bara. Airin memilin jemari tangannya, gugup. Dia berharap perkenalan ini berjalan lancar tanpa hambatan. Kemudian Airin merasakan usapan lembut di kepalanya dan membuatnya menoleh ke arah sebelahnya di mana Bara tersenyum lembut padanya. “Kamu baik-baik saja kan?” tanya pria itu. “Menurut kamu?” Airin bertanya balik. “Aku mau kamu baik-baik saja. Ibuku baik, kok, aku yakin kalian bisa berteman akrab nantinya.” “Aku harap seperti itu. Tentu kamu sudah mengetahui bagaimana kedekatanku dengan mama. Jadi ....” Bara mengangguk cepat. “Aku bisa menjamin itu. Keluargaku akan menerima kamu dengan tangan terbuka.” Kurang lebih dua puluh menit kemudian, Bara membelokan mobilnya memasuki halaman luas dengan bangunan rumah berlantai dua yang nampak sangat mewah. Airin sampai harus menahan napasnya melihat kenyataan kalau Bara berasal dari keluarga yang sangat berada. Sebenarnya Airin pun sama seperti Bara yang juga berasal dari keluarga kaya. Hanya saja perceraian ayah dan ibunya membuat dia terlempar menjadi gadis miskin. Namun, tidak lama lagi dia akan kembali menjadi orang berada karena ayah dan ibunya sudah memutuskan untuk rujuk. Bara mematikan mesin mobilnya, setelah itu dia melepas seat belt. Sementara Airin terdiam cukup lama sembari memandangi bangunan di depannya. “Hai.” Airin sedikit tersentak ketika pipinya diusap lembut oleh jemari milik Bara. Gadis itu menoleh ke arah sang kekasih. “Ayo, kita turun,” ajak pria itu seraya membantu melepaskan seat belt Airin. Airin pun mencoba menetralkan degup jantungnya yang berdetak kencang. Jemari tangan Bara melingkupi tangannya, seakan memberikan kehangatan dan ketenangan bagi gadis itu. Bara membuka pintu berwarna putih di depannya bersamaan dengan Airin yang menahan napasnya. Hal yang pertama gadis itu lihat adalah sebuah ruangan bercat putih dengan satu set sofa yang terlihat berkelas. “Pasti ini Airin, ya!” Seorang wanita berpenampilan anggun muncul dari ruangan lain dan menyambut kedatangan mereka dengan senyum ramahnya. Airin mengulurkan tangan ke arah wanita itu, yang kemudian disambut olehnya. “Airin, Tante,” ucap Airin memperkenalkan dirinya. “Sania, mamanya Bara,” balas wanita itu masih dengan senyum ramahnya. “Sini yuk, ke taman belakang lagi pada ngumpul soalnya!” ajak Sania sembari menggandeng tangan Airin masuk ke ruangan paling dalam rumahnya. Bara pun mengekori dua perempuan yang disayanginya itu yang menuju taman belakang rumah mereka di mana ayah dan adiknya sedang berkumpul. *** Bara mengantar Airin kembali ke hotel sore itu usai tadi dari rumahnya. Perkenalan itu berjalan lancar seperti doa gadis itu. Keluarga Bara sangat ramah dan menyenangkan. Dan, yang lebih mengejutkan lagi, ternyata mama dan papa Bara masih muda, belum terbilang tua. Diceritakan kalau kehadiran Bara adalah kecelakaan saat mereka masih berpacaran dulu sehingga mereka dipaksa untuk menikah muda. Airin dan Bara berjalan bergandengan tangan menuju kamar hotelnya. Airin sudah mengatakan pada pria itu kalau besok dia akan check out dan pindah ke kosan Sandra. Awalnya Bara keberatan, tapi Airin bersikeras dan tidak mau peduli dengan keberatan pria itu. Bara membantu membuka pintu kamar hotel Airin dan mempersilakan gadis itu masuk lebih dulu. Setelah menutup pintunya, Bara langsung menarik tubuh Airin dan mencumbunya penuh nafsu. Keduanya jatuh di atas ranjang. Airin memutar tubuh Bara sehingga pria itu berbaring di bawahnya. Airin duduk di atas perut Bara yang nampak six pack dan berciuman mesra. Ciuman gadis itu semakin menurun ke leher dan menaikan kaus Bara hingga lepas dari kepalanya. “C'mon Baby!” racau Bara menahan gairahnya. Lidah Airin bermain nakal di puncak d**a Bara, membuat pria itu mendesah gelisah. Tiba-tiba saja suara dering ponsel menginterupsi permainan mereka. “Ponsel kamu, Sayang," kata Airin memberitahu. “Aku tahu. Biarkan saja dulu.” Akan tetapi benda pintar itu terus saja berdering nyaring dan membuat Airin menghentikan permainannya. “Oh, s**t!” Bara memaki karena ponselnya terus berdering dan mengganggu mereka. Airin tertawa kecil sembari merapikan rambutnya yang berantakan. Bara mengecup bibir Airin sekilas dan langsung mengambil ponselnya. Pria itu berjalan ke arah balkon menerima panggilan tersebut. “Halo?” “Bara, kamu sudah pulang ke Jakarta, tapi gak ke tempat Om!” omel orang di seberang sana. “Sorry-sorry, Om. Habis ini aku ke sana deh!” “Gak bisa, Bara. Harus sekarang! Urgent!” “Sialan!” Airin masih duduk di atas ranjang memperhatikan prianya. “Kamu mau pergi?” tanyanya. Bara berjalan menghampiri Airin dan memeluk perut gadis itu. Airin membelai rambut Bara yang nampak kasar di jemarinya. “Aku ke tempat Om ku dulu." “Ya, sudah.” Bara mengganti posisi menjadi duduk berhadapan dengan Airin. “Kalau sempat aku ke sini nanti malam, ya!” “Kamu gak ada capek-capeknya, sih!” Airin mencubit pipi pria itu, gemas. “Gak capek, habisnya kamu bikin candu.” Bara memeluk Airin dan menciuminya lagi dan lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN