Cia menuruni anak tangga sambil berlari. Ia masih menangis hingga ia tak bisa melihat dengan jelas. Hampir ia terjerembab jika saja Dwi tidak menahan tubuhnya. Wanita itu tampak terkejut melihat Cia yang selalu tertawa dan membawa keceriaan di rumah ini mendadak menangis terisak-isak. "Astaga, Nyonya, kenapa nangis?" tanya Dwi. Cia menggeleng. "Aku mau pergi." "Kenapa, Nyonya? Bukannya Tuan udah pulang?" Dwi tampak bingung. Ia bertukar tatap dengan Tri yang juga bingung. Namun, keduanya sudah curiga karena Soni tiba-tiba pulang sebelum waktunya dan bahkan terlihat sangat masam. Sesuatu telah terjadi pada tuan dan nyonya mereka. "Nyonya lebih baik bicara baik-baik kalau ada masalah dengan tuan, jangan pergi begini," kata Tri menyarankan. Ia merangkul Cia. "Saya buatkan teh hangat, Nyony