Cia melupakan rasa lapar dan kantuknya. Karena kini hanya ada satu perasaan yang mengisi hatinya. Ia sangat khawatir! Entah apa yang telah dilakukan Soni padanya, ia tetap tak bisa merasa abai karena Soni baru saja kecelakaan. Bagaimana jika Soni terluka parah gara-gara mencari dirinya? Oh, tidak! Ia tak ingin bayinya menjadi anak yatim. Tidak, bayinya bahkan belum lahir sama sekali. Air mata Cia masih mengalir ketika ia tiba di rumah sakit bersama Akbar. Ia mengusap pipinya beberapa kali dengan tisu sebelum keluar dari mobil. Bersama Akbar, ia berjalan cepat memasuki rumah sakit. "Kami kerabat Soni ...." "Soni Prakoso! Saya istrinya!" Cia bicara cepat di depan perawat yang berjaga. "Ah, ya. Yang tadi kecelakaan, ya?" Perawat itu mengklik beberapa kali di keyboard komputer sementara C