Erina perlahan terbangun, meneliti semua ruangan itu. Mengingat kejadian semalam kala Edgar benar - benar telah menyentuh dirinya. Dentingan jam dinding yang menempel, terasa seolah sedang mengejeknya. Bahwa mulai hari ini, Erina sudah bukan lagi seorang dara. Ah, sialan! Erina memejamkan erat kedua matanya, meraba tubuhnya sendiri, berharap bahwa ia masih berpakaian dan kejadian itu hanyalah mimpi. Namun sia - sia, ketika keinginan itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Nyatanya tak sehelai benang pun yang menempel di balik selimut sana. Aku harus gimana? Perlahan berdiri hendak pergi ke toilet. Ketika ada rasa nyeri di bagian tubuhnya. Ini pasti akibat kejadian itu. Masih tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan laki - laki itu, Erina menatap geram Edgar yang malah

