Tangis pertama bayi itu menggema di ruang bersalin, Putra tak bisa menjabarkan bagaimana perasaannya saat ini. Dia berdiri di sisi ranjang Sarah, menggenggam tangan wanita itu erat-erat, matanya berkaca-kaca saat dokter menyerahkan bayi mungil yang masih merah dan menggeliat pelan. “Selamat, Pak. Putrinya cantik seperti ibunya,” ucap dokter dengan senyum hangat. Putra menyambut bayi itu dengan gemetar, seolah takut menyakiti bayi mungil itu. “Ya Allah… dia cantik banget.” Sarah menatap mereka dengan wajah lelah namun bahagia. “Boleh aku lihat dia?” Putra dengan hati-hati meletakkan bayi itu di pelukan Sarah. “Sayang, bagaimana kalau kita beri dia nama Prisa Anindita,” bisiknya lembut. “Nama yang kita pilih bareng-bareng, ingat?” Sarah mengangguk, air mata membasahi sudut matanya. “Hai
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari